Kini aku tengah ada di dalam perjalanan menggunakan taxi menuju apartemen Aldrick, jujur aku merasa sangat gugup. Aku membawa ransel yang berisikan baju untuk konser dan satu pasang baju tidur, tak lupa skincare dan alat mandi.
Di perjalanan, aku sembari mendengarkan lagu favoritku dari band CAS yang berjudul Sunsetz
And when you go away, I still see you
The sunlight on your face in my rear view
This always happens to me this way
Recurring visions of such sweet days
Tanpa terasa, akhirnya aku sampai di lobby apartemen Aldrick, aku sempat menelfonnya memastikan nomor kamarnya. Aldrick berkata bahwa ia sedang ada di luar, jadi aku menunggunya di ruang tunggu. Sembari menyenandungkan lagu Taylor swift Fearless, seorang anak kecil yang duduk disampingku pun memuji suaraku.
”Makasihh. Kamu sendirian?” Tanyaku pada anak kecil menggemaskan itu. Tak lama, seorang wanita paruhbaya menghampiriku, ternyata ia adalah ibu dari anak itu. Mereka pun berpamitan dan berjalan ke arah lift.
Harum yang familiar pun menyerang penciumanku. Aku pun menoleh dan mendapati Aldrick dengan kaus dan celana pendek sembari membawa satu kantung belanjaan menghampiriku.
”Maaf ya, nunggu lama ya?” Aku pun menjawab bahwa aku hanya menunggu setengah jam. Kami pun berjalan ke arah lift dan Aldrick menekan tombol lantau 25. Lelaki dengan model rambut coma hair itu menatapku dan tersenyum.
”Lu tinggal sendiri?” Ucapku memecahkan keheningan yang menyiksa. Ia hanya mengangguk.
Ting!
Pintu lift pun terbuka, kami berjalan menelusuri lorong dan berhenti di depan pintu yang bertuliskan nomor 101. Aldrick memasukan kode dan pintu pun terbuka. Perlahan aku masuk kedalam. Ternyata apartemennya tipe dua kamar, aku langsung di sambut dengan wangi kopi yang sangat kuat. Saat masuk aku sudah disuguhi dapur dan ruang keluarga yang berada di apit oleh kedua kamar. Namun sepertinya yang satu bukan kamar tidur, aku yang penasaran pun pun meminta izin untuk masuk keruangan itu. Dan ternyata itu ruang rekaman.
”Lu punya lagu sendiri?” Tanyaku. Aldrick yang memang sedang di balkon pun tidak dapat mendengarku, jadi aku menghampirinya dan menanyakan ulang pertanyaan tadi. Ia hanya berkata bahwa ia suka mengcover lagu, aku cukup terkejut, karena aku pun punya channel youtube untuk mengcover lagu.
Ia menyodorkan rokok padaku, jangan salah aku ini cukup nakal dan suka merokok, saat aku mengambil rokok itu, ia terlihat cukup terkejut. Aku pun menyalakan rokok itu dan kami pun bersenandung bersama sembari menikmati waktu sore di balkon.
”Kayanya kalau kita cover bareng bagus ni.” Ujarnya, aku berpikir sebentar, mungkin itu memang ide bagus. Aldrick mengeluarkan ponselnya dan memilih lagu untuk mereka cover nanti.