JAPAN

N. Sabrina Putri
Chapter #5

5

Samar samar aku mendengar deruan nafas seseorang yang sangat dekat, bahkan suara detak jantung terdengar sangat jelas.

           ”Nyaman banget kayanya meluk gua.” Orang itu tertawa, Aku pun membuka mata, ternyata aku memeluk pinggang Aldrick dan kepalaku berada di dadanya, pantas saja terdengar detak jantung. Saat akan bangkit, ia menahanku dan mengelus kepalaku lembut. Yang menjadi permasalahan adalah, ia tidak menggunakan atasan, kau mendengarku? IA TOPLESS.

           ”Gini dulu aja bentar, nyaman.” Ia menarik tanganku agar memeluknya lagi, kini jantungku berpacu cukup cepat. Harum tubuh Aldrick yang sangat candu itu memanjakan penciumanku. Bangun tidur saja ia tetap wangi.

           ”Oh iya,” Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukan laman channel kami, ternyata sudah ada seratus ribu orang yang menonton video kami. Kami pun membaca satu persatu komenan divideo itu.

           ”Ini itsmehyera sama Aldrick bukan sih?”

           ”Gila pengcover fav gua colab”

           ”Ditunggu cover selanjutnya.”

           Aku pun bangkit dan duduk di atas kasur sembari membaca komentar yang lainnya, Aldrick yang masih rebahan itu mengelus punggungku lembut. Sepertinya ia memiliki bahasa cinta sentuhan tubuh sepertiku. Dan apa yang ia lakukan sekarang membuat aku nyaman.

Tiba tiba ponselku yang ada di nakas berdering, aku mengembalikan ponsel Aldrick dan mengangkat ponselku.

”Lu gak having sex kan?” Pertanyaan brutal dari Nafiya itu membuatku melotot.

”Ngawur lu anjir.” Aku melihat Aldrick yang kini tengah memainkan ponselnya, aku takut bahwa ia kana mendengarkan bahasa brutal seorang Nafiya. Aku pun berdiri dan berjalan kearah sofa untuk melanjutkan perbincangan dengan sahabat laknatku.

”Lu konser jam berapa?”

”Jam 11an kayanya.”

”Kok kayanya sih.” Ujar Nafiya, aku pun berkata bahwa tiketnya masih ada di Aldrick. Jadi aku belum tau jam pastinya kapan. Aku pun meminta Nafiya untuk menonton video caoverku dan Aldrick dan ia menjawab bahwa ia sudah menontonnya.

”Cocok deh lu sama dia.” Ucap Nafiya secara random. Aneh memang sahabatku ini. Aku melihat Aldrick yang masih setengah telanjang menghampiri dapur dan membuka kulkas, ia menawariku telur ceplok dan aku pun memberi tanda bahwa aku mau.

Cukup lama aku dan Nafiya berbincang, akhirnya kami pun memutus sambungan telfon. Aku menghampiri Aldrick yang tengah memasak.

”Mau gua bantuin apa?”

”Gak usah, tamu diem aja. Tunggu beres.” Ucapnya sembari memanggang sosis. Aku pun duduk di meja makan dan menontonnya memasak. Ia melihat kearahku sesekali sembari tersneyum.

”Kita konser jam berapa deh?” Tanyaku. Aldrick membawa dua piring sarapan dan duduk dihadapanku. ”Jam 12” Aku pun berterima kasih untuk makanannya dan kami pun menikmati sarapan kami.

Kami menutup sarapan dengan rokok dan wine lagi. Kebiasaan Aldrick ini emang cukup tidak sehat, namun aku pun menikmatinya. Kami membahas lagu apa lagi yang akan kami cover.

”Kalau kita mau serius cover lagu, gua harus sering kesini dong.” Ujarku sembari menyudahi rokokku. Aldrick pun diam sejenak.

”Kayanya iya sih, kalau mau lebih gampang, kasih gua alamat lu. Nanti kalau mau rekaman biar gua jemput.” Ujarnya. Aku pun mengangguk dan mengirim alamatku ke nomornya.

Lihat selengkapnya