Dari dulu ia hanya bisa menatap perempuan itu dari jauh. Apapun dia lakukan demi melihat perempuan itu; tidak peduli bahkan jika malam sudah terlalu larut atau cuaca terlalu dingin untuk mengikuti setiap langkah perempuan itu.
Entah sudah berapa banyak waktu berlalu sejajk hari itu. Lelaki itu tidak lagi menghitungnya. Dia meninggalkannya saat gadis itu masih belia, masih sama-sama menyedihkan. Mereka terpisah untuk beberapa saat, dia tidak bisa menemukan jejaknya. Bulan demi bulan berganti dan ia hadapi hidup tanpa gadis itu sampai akhirnya ia menemukannya tanpa sengaja, saat ia sedang memulung di dekat tempat sekolah itu.
Gadis itu beruntung. Tidak seperti dirinya yang sehabis pergi dari neraka itu malah berakhir jadi gelandangan yang menyedihkan, gadis itu beruntung karena akhirnya dia diangkat oleh seorang perwira polisi yang hari itu menemukannya di jalanan, mendapatkan keluarga yang menyayanginya juga cukup kaya untuk membuat gadis itu bisa sekolah dan jadi gadis kecil yang terlihat lebih baik lagi.
Sepuluh tahun berlalu dan ia tak bisa melepaskan fakta kalau ia tidak sanggup berpisah dari gadis itu, yang sekarang sudah jadi perempuan dewasa yang matang dan mapan, biar dia sendiri juga tidak berani mendekat; cukup sadar kalau dirinya dan gadis itu sekarang sudah jauh kastanya.
Lelaki itu hanya bisa memandangi dari jauh, seperti ini.
"Hai, Dara. Gue seneng hari ini juga gue masih bisa lihat elo biar dari jauh begini," bisiknya, entah pada siapa. Tidak ada sahut; hanya ada angin yang pelan berhembus, menggoyang ujung jaket hitam yang dikenakannya.
"Bang, ayo pulang. Misi kita sudah selesai." Tiba-tiba berhenti di sebelahnya, seorang perempuan dengan kostum ketat berwarna hitam dengan aksen-aksen jingga di bagian lengannya. Topeng hitam bertelinga kucing itu menutup setengah wajahnya.