JARAMBAH

Hendra Wiguna
Chapter #4

Jarambah ke Jakarta

Kerikil di jalan tanah sesekali menghambat empat pasang sandal jepit yang sedang menuju jalan raya jauh di ujung sana. Kanan dan kiri yang tampak hanyalah pohon-pohon menjulang tinggi. Sepi. Suara tongeret melengking-lengikng menambah suasana panas di siang yang terikterik.

Indra, Aep, Cecep, dan satu kawannya yang lebih tua tiga tahun, Yudi, sedang menuju terminal dan akan pergi ke Jakarta. Dua bocah yang merupakan kawan sekelas Cecep hanya turut serta. Mereka bermaksud menemani saja, dan berniat pulang sore bersama Yudi, yang sebelumnya sudah pernah pergi ke Jakarta, setelah mengantar Cecep pada abangnya.

Tiba di jalan besar, mereka mencegat dan naik angkutan umum di sana untuk menuju terminal. Di dalam angkot, Indra yang tengah memandang keluar jendela, kemudian menunjuk-nunjuk sambil menepuk-nepuk bahu Aep, dia terkesiap melihat punggung gunung jauh di seberang sana, tempat yang merupakan markas mereka bermain. Aep pun melihatnya dan tersenyum.

Selain gunung, perkebunan sayur dan kopi, juga pesawahan menjadi pemandangan yang menemani mereka selama perjalanan. Hingga kendaraan itu sampai di terminal kota.

Yudi yang memang sudah pernah ke Jakarta sebelumnya, tahu apa yang harus dilakukan. Mereka berkeliling mencari bus sampai seorang kondektur bertanya dan menawarkan. Empat bocah itu pun naik, duduk di kursi paling belakang, dan bus pun berangkat setelah agak lama menunggu untuk memenuhi kuota penumpang.

Di sepanjang perjalanan, Cecep tampak melamun dan sedikit agak gelisah. Wajahnya telihat tak tenang. Mungkin karena itu adalah pertama kalinya dia akan pergi ke ibu kota. Akan tetapi, Aep dan Indra, yang juga pengalaman pertamanya, malah terilhat menikmati perjalanan itu. Mereka memandang keluar, memperhatikan suasana kota.

Yudi mencoba memulai obrolan dengan Cecep. Namun, wajah itu tetap tak bisa ia sembunyikan. Sepertinya ada sesuatu yang membebani Cecep. Yudi mengerti. Sebab kemarin, anak itu bertengkar hebat dengan bapaknya. Karena itulah dia memutuskan berkunjung ke rumah abangnya di Jakarta. Mumpung lagi liburan sekolah.

Kurang lebih tiga atau empat jam perjalanan, bus pun tiba di tujuan, Terminal Kampung Rambutan.

Mereka langsung rambut para tukang ojek pengkolan dan penjaja makanan, yang langsung ditolak oleh Yudi. Sementara Aep dan Indra celingak-celingik sambil terus bejalan mengikuti langkah Yudi dan Cecep. Hingga mereka sampai di area luar terminal.

"Mana alamatnya, Cep?"1 tanya Yudi.

"Alamat?" Cecep mengernyit.

"Alamat tempat lanceuk maneh gawe,"2 jelas Yudi. Namun, Cecep menggeleng. "Maneh teu apal tempat gawe lanceuk maneh?"3 Sekali lagi, Coki menggeleng. "Har itu, panya teh apal."4

"Apal gawe na mah. Di mall cenah."5

"Mall di Jakarta teh loba,"6 ungkap Yudi. "Ah, maneh mah."7 Yudi tampak kecewa.

Lihat selengkapnya