JARAMBAH

Hendra Wiguna
Chapter #9

Bocah Kelaparan di Tragedi Plaza Klender

Dani keluar dari rumah kosannya dengan kemeja tanpa jas alamamater. Dia akan berangkat ke kampus. Dia tidak akan untuk menghadiri upacara duka atas tewasnya empat rekan sesama mahasiswa yang akan dimakamkan di tempat tinggalnya masing-masing, namun untuk yang tak bisa ikut serta, mereka akan melaksanakannya di kampus, pikirnya. Setidaknya untuk menghormati mereka, menyampaikan solidaritas. Dia tak tahu apakah memang ada acara khusus yang akan dilaksanakan di kampus. Dia hanya ingin berangkat. 

Tiba di sebuah halte, tempat yang biasanya Dani menunggu bus. Akan tetapi, setelah satu jam menunggu, bus itu tak kunjung muncul. 

Beberapa mobil aparat kepolisian mondar-mandir di sepanjang jalan. Tampak di ujung jalan sana para polisi itu menghadang para pejalan kaki dan memeriksa isi tas mereka. Dani memutuskan untuk jalan kaki saja menelusuri trotoar. Panas terik di pagi menjelang siang membuat lelaki itu sesekali mengibaskan kerah bajunya sambil terus berjalan di antara lalu lalang orang-orang. 

Hari itu Dani merasa aneh dengan orang-orang yang ada di sepanjang jalan itu. Mereka tampak seperti bukan orang-orang yang akan pergi bekerja, melainkan warga masyarakat dengan pakaian sehari-harinya yang tanpa sebab turun ke jalan. Dani bukannya tidak mengetehui apa yang terjadi. Dia hanya tak percaya apa yang diberitakan di televisi itu benar-benar terjadi. Dan, saat tiba di sebuah pertokoan, barulah dia sadar bahwa mereka sedang mengincar barang-barang yang ada di toko-toko tersebut. Mereka para penjarah!

Tampak beberapa orang keluar dari toko dan membawa barang-barang elektronik, sembako, dan apapun yang bisa mereka dapatkan. Dani kemudian teringat tokonya, toko milik Tino tempat dia bekerja. Maka, dia mengurungkan niat ke kampus dan berbalik untuk melihat apakah tokonya aman dari para penjarah.


****


Cecep dengan wajah pucatnya berjalan menelusuri trotoar tanpa alasan kaki. Dia yang tampak lemah dan linglung tidak tahu sedang berada di mana. Orang-orang tampak ramai di jalanan, tak ada kendaraan umum yang biasa dia lihat melintas di jalan raya. Perutnya keroncongan. Dia sedang mencari apapun yang bisa dimakan di tepi-tepi jalan atau di dekat tong sampah. Sejak pagi sampai siang dia belum makan

Hingga dia tiba di sebuah gedung dengan tulisan Yogya Plaza Klender yang besar dan siapapun dapat membacanya jika melewati jalan di depannya. Sudah kelima kalinya Cecep mendatangi gedung itu selama tiga bulan terakhir. Namun, kali ini dia terheran-heran melihat orang-orang yang berkerumun di halaman gedung itu. Para polisi dengan pakaian khusus pun terlihat ada di sana. Anak itu tak mengerti ada apa, walaupun sudah beberapa hari ini dia melihat pemandangan yang sama. 

Cecep masuk ke halaman gedung. Matanya masih mencari-cari makanan sisa ketika tiba dan berjalan di antara kerumunan itu. Setengah potong roti yang masih terbungkus plastik terlihat di dekat bawah kaki seorang pria yang tengah berdiri menghadap para polisi. Dia menghampiri dan mengambilnya. Namun, sebelum tangannya menggapainya, kaki pria itu tak sengaja menginjak roti itu. 

Teriakan-teriakan terdengar. Kerumunan itu bergerak ke arah pintu gedung. Termasuk pria yang menginjak roti itu. Cecep yang sedang menunggu kaki itu terangkat langsung mengambilnya. Segera dia memakannya setelah mengeluarkan sepotong roti yang sudah gepeng itu dari plastik. 

Dia memakan roti itu dengan lahap sambil melihat para kerumunan itu bergerak ke pintu gedung yang dihadang aparat. 

Lihat selengkapnya