JARAMBAH

Hendra Wiguna
Chapter #13

Kegundahan Seorang Lelaki dan Perjuangan Pro Reformasi

Dani berdiri di luar gedung Yogya Plaza klender sambil mengamati para polisi, petugas padam kebakaran, para wartawan, dan juga warga yang sedang menonton pelaksanaan evakuasi. Lelaki itu masih penasaran dengan korban-korban yang masih belum teridentifikasi. Dia berniat masuk ke dalam dan mencari tahu sebagai wartawan dengan bekal name tag yang masih dimilikinya dari tempatnya bekerja sebelumnya. Pun diadia memang masih terdaftar sebagai pekerja lepas.

Hanya saja, sesuatu membuat dirinya enggan melangkah ke dalam sana. Sesuatu dari dalam dirinya. Dia takut akan informasi yang didapatkannya akan membuahkan penyesalan.

Dirinya tidak mengerti kenapa harus peduli pada anak itu. Dia bukan siapa-siapa. Namun, setiap kali dia mengingat bahwa anak itu bisa saja menjadi salah satu korban kebakaran gedung di hadapannya, hati lelaki itu seperti kebas. Di satu sisi ruang hatinya masih menyimpan harapan jikalau anak itu tidak berada di sana saat kejadian. Walaupun dia sadar kecil kemungkinan itu.

Lelaki itu akhirnya memilih pergi meningalkan segala keriuhan yang terjadi di area sekitar gedung itu.


***


Minggu, 17 Mei 1998

Tidak ada kendaraan umum yang bisa mengantarkan Dani pulang ke rumah kosannya yang membuatnya terpaksa berjalan kaki dari gedung pusat pembelanjaan itu. Orang-orang masih ramai berada di jalanan kota, meski tidak seberingat hari-hari sebelumnya. Bekas-bekas pembakaran di tengah jalan masih terlihat mengeluarkan asap, pun dengan aroma karet terbakar yang dapat tercium dari jarak jauh. Dani berjalan di trotoar mengamati gedung-gedung toko yang pintunya jebol parah, hangus terbakar, dan kata-kata jendela yang pecah.

Begitu tiba di kosan. Teman-teman sekamarnya yang kebanyakan adalah para mahasiswa berkumpul di ruang depan di mana televisi berada. Mereka sedang menunggu informasi terbaru tentang reaksi anggota DPR/MPRMPR terhadap kerusuhan yang tengah terjadi. Informasi terakhir yang beredar mengabarkan bahwa Soeharto akan pulang ke tanah air setelah dari Mesir. Saat Dani lewat di ruangan itu untuk pergi ke kamarmya di lantai dua, televisi masih menayangkan kartun Dragon Ball.

"Dan, dari mana lo?" tanya salah satu dari mereka sebelum Dani sampai ke tangga.

"Gue ke Mall yang terbakar itu."

"Klender? Mau apa? Nyari berita?"

Dani mengangguk pelan. Semua penghuni kos-kosan itu tahu bahwa Dia adalah wartawan lepas yang sedang berkuliah. Lelaki itu pun bergegas melangkah ke kamarnya. Beberapa temannya itu memandang aneh Dani saat bergerak naik.

Tas selempang kulit itu dia lempar ke kursi sementara dirinya langsung merebahkan diri di kasur. Kekalutan menyelimuti hatinya. Kemudian dia pandang komputer yang teronggok di sudut ruang dekat jendela. Pikirannya tentang bocah itu masih bergelayut di kepalanya. Tak lama ia beranjak menghampiri komputer itu, duduk di kursi depan meja, dan menyalakan PC.

Selain melalui buku jurnal harian yang selalu dia tulis, Diam-diam Dani juga menulis tentang kerusuhan itu. Dia memang seorang wartawan. Akan tetapi, dia bukan menuliskan berita demonstrasi mahasiswa, melainkan tentang bocah itu. Sejak kehilangan jejak anak itu di hari pembakaran Yogya Plaza Klender itu, dia berinisiatif menuliskan catatannya dimulai dari waktu di mana mereka bertemu.

Beberapa folder dengan nama berupa tanggal dan hari tampak di layar komputer. Dia klik folder terakhir yang berupa note. Kemudian dia baca apa yang ditulisnya itu. Setelah selesai membacanya, kemudian ia membuka note baru dan menuliskan nama hari ini bersama tanggalnya, lalu mulai menulis apapun yang dia tahu tentang pencariannya hari ini.

Suara panggilan telepon selular terdengar. Dani menjeda ketikannya dan beranjak dari kursi untuk mengambil ponsel itu dari tasnya.

"Halo," sapa Dani begitu menekan tombol terima panggilan.

"Iya. Dan. Apa kabar?"

"Baik, No," jawab Dani sambil melangkah kembali ke meja komputer. Dia meletakan ponsel itu di tepi komputer dan menekan tombol speaker.

"Apa kabar anak itu?"

Lihat selengkapnya