Sundari berusaha bangkit dan langsung duduk sambil mengucek-ucek matanya. Udara tetap terasa dingin menusuk walau tampaknya hujan sudah reda beberapa saat yang lalu. Sambil mengusap-usap perutnya yang terasa melilit, ia merenungi perjalanan hidupnya yang kelam. Agaknya seluruh ucapan ibunya di dalam mimpi tadi memang benar adanya. Menjalin hubungan dengan lelaki yang punya niat buruk akan membawa sial dan penderitaan belaka.
Ya Tuhan …!
Sambil menunduk mata Sundari kembali berkaca-kaca. Menatap jalanan yang kelihatan pekat dalam gelapnya malam membuat ia ngeri akan masa depan yang harus ia hadapi. Akankah kesengsaraan akan terus mengikuti langkahnya seperti kata-kata sang ibu di dalam mimpinya? Sanggupkah ia hadapi hari-hari panjang yang melelahkan sambil menanggung aib yang kini bersarang di badan?
Sundari tak sanggup membayangkannya!
Saat Sundari kian tenggelam dalam keluh kesah kedukaannya tiba-tiba dua orang lelaki muda yang sedang merokok tampak berjalan menghampirinya. Mereka berjalan sambil bercanda dengan santai. Mengira bahwa mereka adalah orang yang baru turun dari dalam bus dan hendak menuju ke tempat tinggalnya, Sundari tak memiliki kecurigaan apa-apa terhadap kedatangan mereka. Karena itu Sundari kembali duduk di atas koper lusuhnya.
“Hey cantik … kok sendirian aja nih? Mau ke mana?” tanya salah seorang dari mereka.
Sundari tak menanggapi. Ia tetap menatap lurus ke jalan raya.
“Kalau gitu boleh dong kita temani?” sambung lelaki yang satunya.
“Iya tuh, daripada sendirian. Bahaya lo seorang gadis cantik duduk sendirian di sini. Di sini banyak orang jahat,” lanjut cowok yang satu lagi.
Sundari tetap tak menanggapi. Lalu tanpa permisi ketiga lelaki muda itu duduk di dekat Sundari. Gadis itu beringsut untuk menjaga jarak.
“Ohya kenalkan, namaku Pendi. Kau siapa?” tanya cowok yang postur tubuhnya paling tinggi sambil mengulurkan tangannya.
Tapi Sundari tak menghiraukannya. Bahkan menolehpun tidak!
“Atau jangan-jangan ini adalah cewek yang lagi kabur dari rumahnya, Pen,” kata cowok yang ada di sisi kanan Sundari.
“Atau bisa jadi cewek cantik ini malah bisu kali,” seloroh cowok yang satu lagi.
“Hua ha ha ha ha!!” Teman-temannya menyambut dengan tawa.
“Hey Cantik, jangan diam aja dong!” Kembali Pendi buka suara dan langsung mengulurkan tangan hendak menowel pipi Sundari.
“Jangan kurang ajar kalian!!” hardik Sundari sambil menepis tangan cowok itu dengan kasar.
Dasar edan! Ketiga cowok itu malah tertawa cengengesan.
“He he he he he!!”
“Hai teman-teman ternyata cewek ini kalau marah malah semakin cantik aja ha ha ha ha …,” celoteh Pendi di tengah tawa kedua temannya.
“Hei Pen, mungkin itu memang sudah rejeki kita. Habis hujan, cuaca lagi dingin, eh, nemu kehangatan di tempat ini, iya nggak,” kata cowok yang paling pendek.