Pada saat yang sama, mobil yang dikemudian Revan sudah pula mendekati jembatan itu. Demi melihat keramaian yang terjadi di area jembatan, Revan serta merta menghentikan mobilnya. Tampak ada begitu banyak orang sedang melihat ke bawah jembatan. Beberapa polisi serta petugas medis juga nampak sibuk sekali. Sampai-sampai terjadi kemacetan panjang dari kedua arah yang menuju jembatan. Karena jembatan itu berada di jalur jalan propinsi yang menghubungkan kota Nganjuk dengan kota lain di sekitarnya.
“Kenapa berhenti, Revan? Ada apa di depan?” tanya Yulinda sambil melongokkan kepala keluar jendela mobil.
“Entahlah, sepertinya ada kecelakaan.”
“Wah, bisa menghambat ini,” keluh Yulinda.
Tapi Revan tak menanggapi. Kebetulan ada seorang pedagang asongan cilik menghampirinya. Revan pun menyempatkan diri untuk bertanya.
“Dik! Dik! Sini …!” panggil Revan dengan lambaian tangannya.
“Mau beli apa Mas?”
“Oh enggak, cuma mau tanya, itu di jembatan ada apa yak ok sampai macet kayak gini. Apa baru ada kecelakaan?”
“Buka Mas, bukan kecelakaan.”
“Lalu ada apa?”
“Itu ada orang gila bunuh diri terjun ke sungai.”
“Bunuh diri?”
“Iya, Mas.”
“Laki apa perempuan?”
“Perempuan Mas, masih muda lagi.”
“Perempuan muda?” ulang Revan.