JASAD DI DASAR JEMBATAN

Heru Patria
Chapter #5

KUCING HITAM

Dua Minggu kemudian, karena ternyata Sundari sembuh lebih cepat dari perkiraan dokter, maka untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, setelah pulang dari Rumah Sakit keluarga Bu Warsih dan keluarga Revan sepakat untuk menikahkan Revan dan Sundari dalam sebuah upacara pernikahan yang sederhana. Tak ada hal istimewa yang terjadi. Mereka hanya melaksanakan ijab khobul dan duduk di pelaminan disaksikan kerabat dan saudara.

Hanya saja saat Revan dan Sundari duduk di pelaminan sempat terjadi peristiwa kecil yang cukup mengherankan. Tepatnya ketika kedua mempelai sedang melakukan ritual suap-suapan, pada saat tangan Revan terulur hendak menyuapi Sundari, tiba-tiba ….

Meooong!

Seekor kucing hitam yang entah dari mana datangnya tahu-tahu melompat dan langsung mencakar tangan Revan.

Glontang! Pyaarr!

Tak sempat Revan mengelak dari terkaman kucing hitam itu. Seketika piring dan sendok yang tadi dipegangnya jatuh ke lantai. Piring berbahan porselen itupun pecah berkeping-keping. Nasi kuning beserta lauk pauknya kini berserakan di lantai pelaminan.

Akibat cakaran kucing itu, gaun pengantin lengan panjang yang dikenalan Revan, robek-robek di bagian lengannya. Lengan Revan juga tampak berdarah akibat tersayat kuku kucing yang tajam.

Anehnya meski jatuhnya piring menimbulkan suara yang keras tapi kucing itu tetap diam. Tidak beranjak dari sandaran kursi pelaminan. Bahkan ketika orang-orang sibuk membersihkan pecahan piring dan nasi kuning yang berserakan, kucing hitam itu malah melompat ke pangkuan Sundari dan duduk dengan tenang seolah tak mau terusik lagi.

Lebih aneh lagi, Sundari bukannya takut atau jijik tapi malah mengelus-elus kepala kucing itu hingga sang kucing merem melek keenakan. Tentu saja hal itu membuat Revan terheran-heran. Sebab ia tahu benar bahwa selama ini Sundari takut dan jijik pada kucing.

“Ma, kau tidak takut lagi pada kucing?” tanya Revan dengan tatapan heran.

Sundari hanya menggeleng sambil tersenyum. Senyum yang lebih mirip seringai dari makhluk lain alam. Tapi karena hari itu masih dalam suasana bahagia maka Revan dan semua orang yang ada tak lagi memikirkan hal itu. Prosesi pernikahan tetap dilanjutkan tanpa mengusik kucing hitam yang terlelap di pangkuan Sundari.

Sampai suatu hari. Tepatnya di sebuah hari Minggu yang cerah. Karena Revan sedang tidak bekerja, hari itu ia berniat mengajak Sundari ke rumah orang tuanya. Karena sejak menikah mereka tinggal di rumah Bu Warsih. Ya sebenarnya sih Revan keberatan. Ia ingin mengontrak sebuah rumah sendiri. Tapi atas desakan Bu Warsih yang saat itu tinggal di rumah sendirian maka Revan pun mengalah.

“Ma, cepat kalau mandi. Nanti selesai sarapan aku ingin mengajak Mama ke rumah Ibu Bapak,” kata Revan dari depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

Tak ada sahutan dari dalam. Yang terdengar hanya gemericik air kran yang mengalir ke bak mandi. Sesekali diselingi bunyi guyuran air.

“Ma …! Mama nggak apa-apa, kan?” Revan melontarkan kekawatirannya.

Lihat selengkapnya