JASAD DI DASAR JEMBATAN

Heru Patria
Chapter #6

MAKAN BUNGA KENANGA

Jam di dinding berdentang 12 kali.

Bu Warsih sedang tidur siang. Sundari tampak berdiri di teras samping rumah. Matanya tampak menatap lurus ke depan dengan pandangan yang kosong. Dengan wajah pucat, ia melangkah perlahan. Menuju ujung taman bunga sambil sesekali meliukkan tubuh guna menghindari sinar matahari yang coba menyengat kulitnya yang pucat.

Dan ketika langkahnya sampai di bawah pohon bunga Kenanga yang sedang berbunga lebat, Sundari berhenti. Dengan cekatan tangannya lantas memetik bunga Kenanga yang lalu ia masukkan ke dalam sebuah wadah terbuat dari plastik. Sambil memetik bunga itu sesekali tangannya memasukkan bunga Kenanga ke mulutnya. Dengan santai lalu ia kunyah dan ia telan seperti anak kecil yang sedang menikmati jajan kesukaannya.

Hah!

Beberapa tetangga yang kebetulan lewat dan menyaksikan Sundari yang sedang memakan bunga Kenanga itu, langsung berhenti. Dengan tatapan heran mereka memandang ulah Sundari yang di luar kewajaran.

“Hei, lihat itu Ibu-Ibu, apa yang sedang dilakukan Sundari? Dia sedang memakan bunga Kenanga. Hih … bagaimana rasanya ya?” kata salah seorang ibu.

“Iya Bu, belakangan ini Sundari memang jadi aneh,” sambung yang lainnya.

“Dan lihat wajahnya yang pucat itu, hih, kayak mayat!” tambah ibu yang lain lagi.

“Kasihan Revan ya, ganteng-ganteng eh dapat istri agak aneh gitu.”

“Jaga ucapan kalian! Hati-hati kalau bicara!” desis Sundari dengan suara yang sangat lirih. Bahkan nyaris tak terdengar. Namun anehnya bagi keempat ibu-ibu itu suara Sundari terdengar bagai sebuah bentakan yang penuh amarah.

Kaget dan takut, mereka segera berbalik badan dan berniat secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Namun sayang, belum sempat mereka melangkahkan kaki tiba-tiba seekor kucing hitam dengan mata merah menyala melompat garang ke arah mereka.

Meooong ggrrr!

Awow! Mereka pun lari tunggang langgang.

Brouukk!

Salah seorang dari ibu-ibu itu tanpa sengaja menubruk Revan yang baru saja keluar dari sebuah toko kecil di ujung gang. Karena ibu yang menubruknya bertubuh gembrot maka tak ayal perlengkapan mandi yang baru dibeli Revan tumpah dan berserakan di jalan.

Lihat selengkapnya