JASAD DI DASAR JEMBATAN

Heru Patria
Chapter #12

GEMBOLAN DARI AKI SEDUDO

Di air terjun Sedudo Nganjuk.

Sambil menahan hawa dingin yang menusuk, Pendi yang tengah berdiri di tepian air terjun sedang mengedarkan pandangan ke atas deretan tebing yang menjulang tinggi. Gemuruh air yang jatuh dengan deras sama besarnya dengan gemuruh yang ada di dada Pendi.

Betapa tidak!

Kedua sahabatnya yaitu Darko dan Supri telah mengalami tindak penganiayaan yang kejam. Bahkan hingga sekarang kedua sahabatnya itu masih koma. Satu hal yang membuatnya merinding bahwa kedua sahabatnya ditemukan dalam keadaan terluka parah terutama pada bagian kemaluannya. Dan keduanya ditemukan di tempat yang sama yaitu gubug di tengah kebun singkong, di mana mereka pernah menggilir seorang gadis semalaman.

Dari penganiayaan sadis yang dialami kedua temannya itu, Pendi yang dikenal orang sebagai preman terminal yang tidak pernah punya rasa takut pada siapa pun, kini ketebalan nyalinya semakin menurun.

Lewat cerita yang tersebar dari mulut ke mulut, banyak yang menyimpulkan bahwa kasus penganiayaan itu berlatar belakang dendam dari gadis yang pernah mereka perkosa. Dan ada kemungkinan penganiayaan sadis itu bukan dilakukan oleh manusia tetapi oleh penghuni alam lain.

Hal itu yang memaksa Pendi mendatangi lokasi air terjun Sedudo sore ini. Karena kabarnya di sekitar muara air terjun itu tinggal seorang kakek sakti bernama Aki Sedudo.

Akh!

Pendi mendesah panjang. Sejauh-jauh matanya memandang yang tampak olehnya hanyalah tebing dan bebatuan yang curam dikelilingi pohon-pohon besar yang rindang. Sesekali lolong binatang hutan terdengar menyeramkan. Lalu di mana rumah Aki Sedudo itu? Tanya batin Pendi dengan bimbang.

Sekali lagi Pendi berjalan mengitari air terjun Sedudo sambil menajamkan penglihatan. Namun selama itu pula rumah yang dicarinya tak kunjung ia temukan. Pendi nyaris berputus asa. Sesekali ia tampak mengacak-acak sendiri rambutnya yang gondrong karena merasa bahwa dirinya adalah target penganiayaan berikutnya. Pendi pun membulatkan tekad. Meski tubuhnya terasa sudah sangat letih, sekali lagi ia memaksakan diri untuk mengitari air terjun Sedudo. Tapi kali ini ia lakukan dengan arah berlawanan. Kalau tadi ia berjalan searah jarum jam, kini ia mengambil arah sebaliknya.

Tepat ketika langkah kakinya telah mencapai setengah putaran, tiba-tiba di antara dua pohon jati raksasa terlihat sebuah rumah sederhana. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan atapnya dari daun jerami. Pendi tercenung sesaat. Sudah dua kali ia mengitari tempat ini tapi mengapa baru sekarang ia temukan rumah ini?

Entahlah!

Lihat selengkapnya