Bolak-balik mas Udin tak jelas, pikirannya berkecamuk. Surat tanpa amplop, juga di tulis di atas kertas kusam membuat ia tidak bisa tenang sepanjang hari ini. Bisa jadi sampai besok, jelas sekali itu bukan surat dari pejabat, sebab ia tak ada sanak seorang pejabat, surat itu hanya dilipat kecil. Bukan pula dari anaknya yang sedang berkuliah, sebab jika meminta kiriman uang, anaknya selalu menelepon istrinya. Tapi bukan itu masalahnya, bukan karena mas Udin tak mengetahui pengirimnya, tanpa membaca pun mas Udin sudah tahu, melainkan karena isi surat tersebut.
Sewaktu menghidangkan kopi, mang Jumek segera mengeluarkan lipatan kertas kecil dari saku kemeja biru tuanya, diterawanglah mas Udin kertas tersebut, mang Jumek keheranan, di terawang mas Udin menghadap langit, berniat cahaya matahari menembus, menampakkan bayangan tulisan dalam lipatan kertas yang sedang ia pegang.
“Eh mang, nggak ada nomornya?”
“Nomor?” mang Jumek kebingungan.
“Iya, ini isinya nomor togel kan?”