Jasman

Dwiyan Sebastian
Chapter #6

Enam


Kira-kira 1 bulan waktu yang cukup membuat Jasman menjadi kaya, lebih tepatnya mendadak kaya, harga kopi makin hari, makin naik, makin hari pula Jasman makin sombong, makin sok gayanya.

“Alah, baru juga kebeli kulkas, udah sok kali gayanya,” ucap mas Udin saat mang Jumek duduk di kedainya, minum kopi.

“Sudah Din, sabar. Namanya juga orang kaya baru,” mang Jumek menenangkan.

“Iya, sok kali, dipikirnya paling kaya di dunia i…….”

Buummmm…bummm…bummmmm….

Suara knalpot motor besar terdengar nyaring di depan kedainya.

“Motor baru, Man?” tanya mang Jumek setengah berteriak. Mas Udin melotot, tanda agar mang Jumek jangan banyak bertanya, sebab ia tahu jika Jasman datang ingin menyombongkan motor barunya.

“Yoii, motor baru, motor kopling keluaran terbaru, Mang, kau tahu harganya, Din?” tanya Jasman pada mas Udin yang menampakkan raut wajah mengkal.

“Udin sakit, Man. Tak bisa bicara,” jawab mang Jumek bergurau.

“Ah sakit apa, Din? Tak ada duit, nanti aku pinjamkan, tapi jangan lupa ya, bunganya lima belas persen,” diakhiri tawa oleh Jasman, mang Jumek juga ikut-ikutan.

“Yaudah aku pergi dulu, Mang, Din. Kalo berminat pada penawaranku, datang saja ke rumah,” tawanya sekali lagi.

“Mau ke mana, Man?” mang Jumek kembali bersuara, sementara mas Udin masih dengan raut wajah cemberutnya.

“Mau beli motor lagi, Mang. Kurang satu lagi, untuk istri di rumah, bingung juga mau beli motor apa, dibelikan motor besar nanti nggak bisa mengendarainya, sudah dulu ya mang,”

Lihat selengkapnya