Mbah Ismiatun, itu panggilan akrabnya. Wanita paruh baya yang tak pernah mengenal lelah. Seantero pasar bedeng semua mengenalnya. Bukan karena ia selebritis atau orang kaya yang dermawan. Tidak, bukan itu ia dikenal banyak orang. Orang banyak mengenalnya karena kegigihan, ketekunan, prinsip dan sifat pantang menyerah yang membuat ia menjadi di kenal didaerah tersebut.
Mbah Ismiatun memiliki paras yang cantik, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung. Hehehe, biasa orang memujinya. Bukan karena candaan, ternyata memang benar adanya.
Mbah Ismiatun memiliki tiga orang anak satu perempuan dan dua anak lelaki. Cerita ini bermula ketika ia telah di tinggalkan oleh suaminya. Bukan bercerai namun karena takdir lain yang telah memisahkannya. Kala itu suami Mbah Ismiatun yang bernama Mbah Tasam Rukmana meninggal dunia karena sakit, hingga akhirnya Allah SWT memanggilnya.
Mbah Tasam Rukmana meninggalkan satu orang putri dan dua orang putra. Sedang anak – anaknya itu masih kecil – kecil. Usia anak paling besar adalah 6 tahun.
Berat rasanya untuk Ismiatun menjalani kehidupan sebagai single parent ditengah kerasnya Ibukota Jakarta. Dengan tekad yang kuat Ismiatun keluar dari zona nyaman yang biasa semua kebutuhan hidup terpenuhi dari gaji suaminya. Akhirnya Ismiatun berdagang kolak ubi dengan cara berkeliling dalam menjajakan dagangannya.
Hari demi hari telah ia lalui dengan ketekunan dan kesabaran. Lambat laun kolak ibu Ismiatun dikenal dengan rasanya yang lezat. Ia mulai menambah jumlah dagangannya. Sedang anak sulungnya yang perempuan membantu menjaga adik – adiknya.
Sore hari selepas selesai menjajakan dagangannya, Ibu Ismiatun makan bersama dengan ketiga anaknya. Selesai makan ia bercerita kepada anak – anaknya saat menjajakan dagangannya. Tak terlihat tampak wajah lelah dalam paras Ismiatun. Apapun keadaannya ia selalu terlihat tersenyum. Inilah yang membuat ketiga anaknya kuat dan tidak terus bersedih akan kepergian Ayahnya.
“Le, to Le, kamu harus belajar yang rajin. Jadi anak yang pinter, biar kamu jadi anak yang sukses nantinya.”
“Kamu juga nduk, cah ayu, selain menjaga adik – adikmu, tetap jangan lupa belajar. Biar kamu perempuan tapi harus berpendidikan tinggi.”