JATUH CINTA SETELAH MENIKAH

Mu Xuerong
Chapter #9

Di Antara Hari-Hari yang Tenang

Hari-hari berlalu tanpa kejutan besar. Dan mungkin, untuk pertama kalinya sejak semua ini dimulai, itu adalah hal yang melegakan.

Tak ada drama. Tak ada pertanyaan yang dilempar seperti pisau. Hanya rutinitas sederhana—bangun pagi, menyiapkan sarapan, bekerja, makan malam, duduk berdampingan tanpa paksaan untuk bicara.

Tapi dalam keheningan itu, kami belajar membaca ulang satu sama lain. Ekspresi Dinda saat mengaduk kopi—kalau terlalu lambat, berarti pikirannya sedang melayang. Cara ia memiringkan kepala saat mendengarkan—kalau ia mengangguk kecil, berarti ia benar-benar mendengar, bukan sekadar sopan.

Aku belajar banyak dari tenangnya Dinda. Ia tidak membicarakan masa lalu setiap hari, tapi dari caranya diam, aku tahu bahwa masa lalu itu masih ada. Bukan hantu yang ingin diusir, tapi bagian dari rumah ini yang tidak bisa dihapus begitu saja.

Suatu malam, saat kami nonton film di ruang tengah, Dinda bersandar di bahuku. Filmnya sudah hampir selesai, tapi ia tiba-tiba bertanya:

"Kalau waktu bisa diulang, kamu masih akan melakukan hal yang sama?"

Aku diam sejenak. Bukan karena tak tahu jawabannya, tapi karena aku ingin memberikannya dengan hati-hati.

"Kalau bisa diulang, aku ingin berhenti lebih awal. Sebelum semua jadi luka."

Dinda tak menoleh. Tapi ia menyandarkan kepalanya lebih dekat ke dadaku.

"Aku kadang benci diriku sendiri, karena masih bisa memaafkan kamu," bisiknya. "Tapi aku lebih benci bayangan hidup tanpa kamu."

Kalimat itu menghantam pelan. Dan aku tak tahu harus berkata apa selain:

"Terima kasih karena masih ada di sini."

...

Beberapa minggu kemudian, kami menghadiri pernikahan sepupu Dinda. Acara kecil di kebun belakang, sederhana dan intim. Di tengah keramaian, aku melihat Dinda berbicara dengan saudara-saudaranya, tertawa kecil, menyembunyikan rasa canggung yang masih kadang muncul saat orang memandang kami terlalu lama.

Lihat selengkapnya