Nicholas membaringkan tubuh gadis berambut merah itu ke atas tempat tidur di kamarnya. Awalnya ia ingin membawa gadis itu ke rumah sakit, namun ia mengurungkan niat karena dirinya masih diliputi oleh kebingungan tentang asal-usul si gadis. Akhirnya ia menelepon dokter keluarga sekaligus sahabatnya sejak kecil, Adrian Brown, untuk datang ke rumahnya.
Adrian tiba di kediaman Nicholas lima belas menit kemudian, dengan jas dokter masih tersarung di badannya, serta lingkaran hitam yang nampak tebal mengelilingi kedua matanya.
"Jadi, kau menemukannya di tepi jalan?" Adrian bertanya sembari memeriksa tubuh gadis berambut merah itu. Ketika Nicholas meneleponnya, lelaki itu berkata bahwa ia menemukan seorang gadis tergeletak tak sadarkan diri ketika hendak pulang.
Nicholas mengangguk. "Ya. Bagaimana keadaannya?" Ia bertanya dengan rasa penasaran yang begitu membuncah.
"Suhu badannya normal. Tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuhnya. Jadi, dia baik-baik saja," ujar Adrian sambil meletakkan kembali stetoskopnya ke dalam tas, bersiap untuk kembali ke rumah sakit. "Mengapa kau tidak membawanya ke rumah sakit? Kita bisa melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadapnya. Meski bagian luar tubuhnya baik-baik saja, mungkin saja ada luka dalam." Mau tak mau, lelaki itu mengerutkan dahinya. Masih lagi bingung dengan keputusan Nicholas.
Nicholas memilih kata dengan berhati-hati. Ia tak mau sahabatnya itu mencurigainya, dan menyelidiki latar belakang dari gadis berambut merah tersebut. Bisa saja semuanya bertambah runyam jika keberadaan gadis itu diketahui oleh kedua orang tuanya. "Dia tidak mempunyai kartu identitas. Aku juga tidak tahu siapa namanya. Kau juga tahu, hal itu akan menyulitkanku jika hal ini sampai diketahui oleh khalayak ramai. Apalagi jika orang tuaku sampai tahu."
"Aku pasti akan membawanya ke rumah sakit begitu dia sadar. Aku janji," tambahnya tatkala dilihatnya dahi Adrian semakin berkerut.
Adrian menghela napas panjang. "Baiklah. Aku percaya kau tidak akan berbuat sesuatu yang aneh-aneh. Tapi kau harus segera menghubungiku atau langsung ke rumah sakit begitu gadis ini sadar. Mengerti?"
"Siap, Pak Dokter. Apa kau tak ingin minum kopi denganku dulu?" tanya Nicholas ketika Adrian telah bersiap untuk pergi.
Adrian menggeleng. "Aku masih harus kembali ke rumah sakit." Ia melambaikan tangan sesaat sebelum akhirnya berlalu dari rumah itu. Nicholas beranjak dari pintu depan setelah mobil biru milik Adrian hilang dari pandangannya.
Setelah Adrian pergi, Nicholas kembali ke kamar di mana gadis itu berada. Gadis aneh yang tiba-tiba saja jatuh di hadapannya. Jatuh dari langit.
Dia bukan alien, kan?
Tidak mungkin ada alien yang cantik seperti ini, kan?
Hhmmm, tunggu dulu ...
Drama yang pernah ditonton Dyrania dulu juga mengisahkan tentang alien tampan, apa judulnya itu?
Ah, My love from another star ...
Ia juga alien, tapi tampan ...
Nicholas terus bermonolog dalam hatinya. Tak menyadari bahwa gadis itu menggerakkan tangannya dengan lemah. Ia membuka matanya sedikit demi sedikit.