Jatuh Dari Langit

Anggia Nayanika
Chapter #3

Chapter 2

Sementara itu di Callisto...


"Kak, Kak Phillip!" Giorgio terbang dengan hati yang was-was.

Phillip yang sedang memetik bunga, makanan utama para peri, menoleh dengan pandangan keheranan. "Ada apa Gio?"

"Arabelle hilang!" Pernyataan tersebut membuat keranjang yang berisikan bunga lili ungu itu terjatuh.

Phillip membulatkan matanya. "Hilang? Bukankah ia hanya pergi untuk mengambil bunga?" Kecemasan terpampang jelas di wajah tampannya.

Giorgio menganggukkan kepalanya. "Iya, beberapa jam yang lalu ia memang sedang mengambil bunga. Tapi sekarang radarku tidak dapat mendeteksinya." Peri bermata biru itu merasa bersalah, karena dirinya yang paling dekat dengan Arabelle sebelum adiknya itu menghilang.

Phillip bergegas terbang ke tempat di mana adik perempuannya mencari bunga kesukaannya itu, diikuti oleh Giorgio. Ia kemudian menajamkan telinganya. Berusaha menangkap tanda-tanda keberadaan Arabelle.

Ya, para peri memang bisa mendeteksi keberadaan peri lainnya. Namun jarak yang dapat mereka deteksi berbeda-beda, tergantung kekuatan mereka masing-masing. Seperti halnya Phillip, ia hanya mampu mendeteksi keberadaan peri lainnya dalam jarak tiga kilometer saja.

"Kita cari dulu, mungkin ia berada di tempat yang agak jauh dari kita sehingga kita tidak bisa mendeteksinya." Phillip gelisah. Arabelle tidak pernah mencari bunga alamanda jauh-jauh dari kediaman mereka.

Setelah berjam-jam mencari ke beberapa desa, mereka tak kunjung menemukan Arabelle.

Tiba-tiba Giorgio teringat sesuatu. "Tadi aku mendengar suara petir yang sangat kuat. Kemudian kilatan cahaya memancar dari tempat Belle berada." Giorgio menjelaskan.

"Jangan-jangan ..." Phillip dan Giorgio saling berpandangan.

"Bagaimana ini, Kak?" Raut wajah Giorgio terlihat sangat khawatir.

"Kita harus menemui Irina," ujar Phillip setelah terdiam sejenak.

"Maksud Kakak, peri yang tinggal di bawah bukit Gregoria?"

Phillip mengangguk. "Iya. Hanya dia yang mengetahui cara untuk menemukan Belle. Ayo!" Ia lantas terbang ke arah perbukitan disusul oleh Giorgio.

Setelah terbang beberapa jam, mereka akhirnya sampai ke sebuah rumah pohon di perbukitan Gregoria. Phillip kemudian mengetuk pintu yang berwarna merah kehitaman tersebut.

Setelah beberapa ketukan, pintu terbuka. Nampak seorang peri berambut hitam legam yang dicepol tinggi dan mengenakan tiara. Ia tersenyum. Matanya yang berwarna hijau zamrud nampak berbinar.

Lihat selengkapnya