Arabelle tiba-tiba merasa sesak. Setelah Nicholas beranjak dari kamarnya, ia mendengar suara pikiran lelaki itu yang terdengar sangat menyayat hati. Ia bersimpuh sambil bersandar ke dinding kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar Nicholas.
Mengapa kau begitu sedih? Apa yang terjadi kepada gadis bernama Elsa itu? Kenapa kau terus-menerus mengucapkan kata maaf? Tanpa sadar, iapun ikut menangisi kesedihan Nicholas.
Kasihan sekali dia ... apa kehilangan itu begitu berat? Tapi bukankah yang hidup pasti akan mati? Lantas kenapa ia sangat kesakitan? Begitu banyak pertanyaan yang mendera mindanya tanpa ia tahu apa jawabannya.
Akhirnya Arabelle naik ke tempat tidurnya setelah memastikan pikiran lelaki itu telah tenang. Hari ini, untuk pertama kalinya ia merasa bahwa bisa mendengarkan pikiran orang lain itu menyedihkan.
Arabelle tidur dengan lelap dan terbangun tatkala cahaya matahari berlomba masuk dari celah gorden. Ia menggeliat kecil. Kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan mencuci wajahnya.
Terdengar ketukan di pintu, cepat-cepat ia membukanya. Lelaki itu nampak rapi dengan kemeja hitam dan setelan jas yang berwarna kelabu. Dasi berwarna biru dengan garis-garis vertikal juga melingkari kerah kemejanya dengan sempurna. Namun itu semua tak dapat menutupi matanya yang nampak sembab. Dalam hatinya ingin bertanya, namun Arabelle teringat nasihat Phillip bahwa mencampuri urusan orang lain adalah hal yang tidak baik. Akhirnya ia hanya menyunggingkan senyuman.
"Arabelle, aku akan berangkat kerja. Kau tidak apa-apa sendirian di rumah, kan? Aku sudah menyediakan berbagai jenis makanan untuk sarapan dan makan siangmu. Kau bisa memanaskannya di microwave kalau makanannya sudah dingin. Kau bisa menggunakannya, kan?" Nicholas tahu jika Arabelle sudah menyimpan berbagai informasi darinya. Namun tak tahu mengapa, ia terus-terusan merasa khawatir meninggalkan Arabelle sendirian. Namun, tak mungkin juga jika ia membawa gadis itu ke kantornya.
"Jangan khawatir, aku tahu. Pergilah bekerja." Arabelle memasang senyum lebar agar Nicholas tak lagi merasa risau.
Nicholas akhirnya mengangguk. "Jangan buka pintu untuk orang lain selain aku. Aku akan pulang setelah pekerjaanku selesai. Ok?"
"Ok." Arabelle mengacungkan ibu jarinya. "Aku akan baik-baik saja."
Akhirnya Nicholas berlalu setelah mengatakan beberapa hal lagi kepada gadis itu. Arabelle mengikuti langkahnya ke pintu depan. Ia melambaikan tangannya bersemangat tatkala Nicholas melaju bersama mobilnya.
Arabelle bergegas ke dapur untuk melihat makanan apa saja yang disediakan oleh Nicholas. Hilang sejenak sesak di dadanya ketika melihat berbagai jenis makanan lezat di hadapannya. Arabelle menarik kursi lalu mulai makan. Tubuhnya bergoyang-goyang ketika rasa nikmat makanan-makanan itu menyentuh lidahnya.
***
Nicholas tiba di perusahaan yang hanya berjarak setengah jam dari rumahnya. Perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang makanan dan minuman bernama Blake Industries. Perusahaan yang dibangun oleh kakek buyutnya dan terus dikelola serta dikembangkan oleh kakeknya, ayahnya, dan kini dirinya sendiri.