Senja telah tiba. Arabelle mengikuti Nicholas dengan riang. Hari ini Nicholas telah berjanji untuk membawa Arabelle ke pasar malam terbesar di kota Krassivy yang hanya diadakan setahun sekali selama satu bulan penuh itu.
Mata gadis itu terus-menerus menatap takjub ke arah stan makanan yang berjejer rapi di kiri dan kanan jalan. Ia memegang ujung kemeja Nicholas karena takut tersesat.
Di tempat yang ramai seperti ini, Arabelle tentunya akan kesulitan untuk menemukan Nicholas jika mereka terpisah. Kekuatan mendengar pikirannya sulit digunakan ketika terlalu banyak orang di sekitarnya.
Nicholas masih sibuk berbicara di ponselnya, manakala matanya terus memandang Arabelle yang berjalan dibelakangnya secara berkala. Tadinya ia hendak menggenggam tangan gadis itu, namun diurungkan niatnya karena takut Arabelle menyalahartikannya.
Ia sendiri masih bingung dengan hatinya. Di satu sisi, ia merasa bahwa kehadiran Arabelle memberikan makna baru untuk hidupnya. Di sini lain, ia terus dihantui rasa bersalah setiap kali menemukan pigura fotonya dengan Elsa begitu memasuki kamarnya. Meski dengan segenap hatinya ingin membuka hati, namun tiba-tiba pintu hatinya yang telah terbuka itu bisa tertutup tanpa aba-aba.
Arabelle terus saja berjalan sambil sibuk melihat pemandangan di kiri dan kanan jalan sampai tak sadar bahwa genggaman tangannya telah meninggalkan ujung kemeja Nicholas. Alhasil, gadis itu kehilangan jejak Nicholas yang telah jauh melangkah di hadapannya.
Sedang sibuk mencari kelibat Nicholas, mata Arabelle menangkap seorang wanita tua yang kelihatannya sangat repot melayani pembeli yang sedang antri di stand bubur miliknya seorang diri.
Karena merasa iba, Arabelle menghampirinya. Ia lantas berdiri di sebelah wanita itu dan mengambil bungkusan dari tangannya.
"Biar kubantu, Bibi," ucapnya seraya tersenyum lebar.
Wanita tua itu tu terdiam sejenak, bingung dengan kehadiran gadis cantik yang tiba-tiba saja menjamah matanya. Namun, melihat antrian yang tak kunjung berakhir, ia membungkam mulutnya yang ringan ingin menanyakan siapa gerangan gadis cantik itu.
Akhirnya ia mengangguk. Tangannya dengan cekatan membuat pesanan. Manakala Arabelle membantu membungkusnya dan mengambil uang yang disodorkan pembeli.
Lewat setengah jam berlalu, dan antrian sudah tiada. Wanita tua itu merasa lega. Ia lantas mengajak Arabelle duduk karena semua bubur yang ia bawa telah habis terjual. Kini ia menunggu anaknya untuk membawakan bubur yang baru karena hari masih panjang, sayang jika ia langsung pulang.
"Terimakasih gadis cantik. Siapa namamu?" Ramah ia bertanya seraya mengulurkan semangkuk bubur yang sengaja dipisah untuk Arabelle.
Mata Arabelle membulat. Ia mengambil mangkuk itu dengan senang hati. "Arabelle, Bibi," jawabnya sambil mulai mengunyah. Wajahnya nampak bahagia menikmati semangkuk bubur hangat setelah membantu Bibi berjualan.
Wanita tua itu mengangguk. "Nama yang sangat cantik. Seperti orangnya. Terima kasih sekali lagi. Karena kau, bubur Bibi hari ini lebih cepat habis."
Arabelle telah menghabiskan makanannya. "Tidak apa-apa, Bi. Aku senang bisa membantu Bibi. Apakah Bibi akan langsung pulang?"
Wanita tua itu menggeleng. "Bibi sedang menunggu anak Bibi datang membawa bubur lagi. Ah, itu dia datang." Dengam segera wanita itu berdiri dan menyambut anaknya. "Apa kau mau membantu Bibi lagi?" tanyanya kepada Arabelle.