Jatuh Dari Langit

Anggia Nayanika
Chapter #11

Chapter 10

Nicholas bangun tiba-tiba dari tidurnya. Keringat mengalir membanjiri wajahnya. Mimpi yang menyesakkan itu datang lagi. Membuat air matanya turun tanpa rasa malu.

Kecelakaan yang dialaminya bersama Elsa, kekasihnya, lima tahun yang lalu berputar di kepalanya. Kecelakaan yang akhirnya merenggut nyawa wanita yang dicintainya itu.

Bayangan sebuah mobil yang tiba-tiba kehilangan kendali karena menghindari truk hingga akhirnya menabrak pembatas jalan kemudian tercebur ke dalam sebuah sungai melintas dengan cepat dalam benaknya.

Dalam bayangan itu, terlihat darah yang membanjiri kepala kekasihnya. Ia sudah tak sadarkan diri tatkala Nicholas dengan sebelah tangannya berusaha keras membuka seat belt yang tersangkut.

Ketakutan dan kepanikan semakin menjalari wajahnya ketika mobil mulai terendam air dengan perlahan. Sekuat tenaga ia berusaha menyelamatkan Elsa yang masih enggan membuka matanya. Hingga akhirnya air telah menenggelamkan seluruh badan mobil. Matanya perlahan menutup.

Sadar-sadar saja, ia telah berada di rumah sakit. Nyawanya masih terselamatkan meski sebelah tangan dan beberapa tulang rusuknya patah. Namun, wajah-wajah mendung serta isakan-isakan di dalam ruangannya kala itu membuatnya menyadari bahwa gadisnya telah tiada.

Meski meraung sekuat hatinya, ia takkan dapat merubah apapun. Sejak itu ia sering menyalahkan takdir. Membuatnya berandai-andai, berharap bahwa semua yang dilaluinya hanyalah mimpi belaka. Yang akan segera terhapus ketika ia bangun.

Nicholas meraup wajahnya kasar, isakan kecil terdengar dari bibirnya. Ia memegang dadanya yang terasa nyeri. Dengan bergegas ia mengambil sebuah botol berisikan obat penenang dan menelan beberapa butir. Setelah itu dirinya kembali tenang. Namun rasa perih itu masih belum beranjak dari hatinya.

Ia mengambil figura dimana ada foto dirinya dan juga Elsa, kemudian mengusapnya perlahan. Maafkan aku ... kau pasti marah karena aku ingin menggantikan posisimu di hatiku ...

***


Arabelle memandang heran ke arah Nicholas yang duduk di depannya. Ia menyuap makanannya tanpa kata, memandangkan Nicholas hanya membisu sedari tadi. Ia ingin sekali membuka mulutnya untuk bertanya, namun hatinya melarang. Melihat begitu banyak kedukaan di wajah lelaki itu membuat Arabelle juga merasakan kesakitan di hatinya. Karena tadi malam ia tertidur dengan nyenyak, ia jadi tak bisa tahu apa yang sebenarnya dialami Nicholas.

"Aku akan berangkat kerja." Nicholas berdiri dan terus melangkah ke luar rumah tanpa menunggu jawaban Arabelle.

Arabelle menarik napas berat. "Ada apa dengannya?"

Ia bangun dari duduknya kemudian membereskan meja makan serta mencuci piring. "Ia bahkan tak membelikan makanan untukku seperti sebelumnya. Sepertinya ada hal yang sedang mengganjal hatinya, tapi apa?"

Arabelle yang merasa bosan kemudian berkeliling rumah Nicholas, hal yang tak pernah dilakukannya selama lima puluh dua hari ini. Tanpa sengaja ia menemukan sebuah taman bunga mini di halaman belakang rumah Nicholas. Arabelle membulatkan matanya dan melonjak riang ketika menyadari banyak bunga yang sedang bermekaran di taman itu.

"Yeah! Aku tidak akan kelaparan!"

***



Phillip dan Giorgio telah berada di Krassivy pusat. Mereka baru saja turun dari kereta. Phillip lantas mengajak Giorgio berkeliling daerah itu dengan menggunakan bis.

Lihat selengkapnya