"Kau takkan bisa terbang lagi, Belle. Ramuan buatanku itu bisa mencairkan kembali jantungmu, namun disaat yang bersamaan juga mencegah sayapmu tumbuh kembali. Maafkan aku."
Perkataan Irina terus membayangi benak Arabelle. Ia menghela napas berat. Wajahnya terlihat lesu memandang bintang-bintang yang berkelap-kelip dibalik kaca jendela kamarnya.
"Apa sekarang kau sudah membencinya?" Suara Giorgio tiba-tiba saja merasuki pendengaran Arabelle. Ia terbang menghampiri Arabelle yang terduduk di tepi ranjangnya.
Arabelle tersenyum pahit. "Meski Kakak bertanya hingga setahun kedepan, jawabannya tetap sama."
"Meski ia telah membuat kau hampir mati dan kehilangan sayapmu?" Giorgio berdecak sebal memandang adiknya.
"Ia memarahiku karena kesalahanku. Aku menghabiskan seluruh bunga kesayangannya. Bunga peninggalan kekasihnya dulu."
"Darimana kau tahu itu?"
"Sesaat sebelum jantungku membeku, aku mendengar suara hatinya. Jadi ia sama sekali tak bersalah atas apa yang menimpaku kini. Ah ... aku bahkan tidak sempat meminta maaf dengan benar. Aku juga tidak berpamitan kepadanya. Apakah kita tidak bisa kembali ke bumi, Kak?"
Giorgio mengusap lembut rambut adiknya itu. Ia memberikan sebuah gelengan. "Kau juga tahu kalau Kak Phillip tidak akan mengizinkanmu."
"Aku ... aku hanya ingin melihat keadaannya. Bukankah Kak Phillip mencekiknya waktu itu?"
"Jangan mengkhawatirkan soal itu. Aku telah memberikan penawar agar ia tidak mengalami luka parah. Kurasa ia akan baik-baik saja. Meski mungkin bekas telapak tangan Kak Phillip tidak akan hilang untuk beberapa bulan, namun sekurangnya ia tidak akan mati. Percayalah padaku." Giorgio menenangkan adiknya. Digenggamnya jemari Arabelle.
"Apa Kakak tidak merindukan gadis itu?" Arabelle masih giat membujuk Giorgio.
"Meski aku merindukannya, kurasa ia tak merasakan hal yang sama. Kami bahkan hanya bertemu beberapa kali dan perasaanku hanyalah sebatas rasa suka, tidak lebih. Jadi, berhenti membujukku."
Arabelle mengerucutkan bibirnya. "Apa kalian tidak bisa memberikan keringanan padaku? Ini sudah tiga bulan ... Ia pasti sudah memaafkanku. Izinkanlah aku ke bumi untuk berpamitan dengannya ..." Ia menarik-narik lengan baju Giorgio yang duduk di sebelahnya.
"Kapan kalian akan berhenti membicarakan manusia itu?" Arabelle dan Giorgio menoleh, nampak Phillip sedang menatap tajam kepada keduanya dari ambang pintu.