Jatuh Dari Langit

Anggia Nayanika
Chapter #16

Chapter 15

"Apa kau benar-benar ingin tahu?"

Dyrania mengangguk. "Tentu saja. Bukankah Belle akan menjadi kakak iparku, jadi kurasa aku harus tahu apapun tentangnya, kan?"

Mata Arabelle membulat. "Kakak ipar? Kau bahkan belum mengenalku dengan baik, tapi kau sudah menganggapku begitu?" Jujur, dalam hatinya ia terharu.

"Aku tahu betul siapa Kakakku, Belle. Dia tidak mudah melupakan cintanya. Sekali ia mencintai, ia akan terus mencintai gadis itu. Sama seperti ketika ia mencintai Kak Elsa. Perlu lima tahun untuknya berpindah hati. Dan ketika menyadari hatinya telah berubah, kau tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Karena itu ia melarikan diri ke Roma. Aku tahu, perusahaan itu hanyalah alasannya semata.

Karena itu, katakan sejujurnya. Di mana sebenarnya kalian tinggal?"

Arabelle menatap Giorgio. Bertanya melalui telepati, apakah mereka harus memberikan kejujuran kepada gadis ini.

"Biar aku saja yang memberitahumu." Giorgio mengembuskan napas kuat sebelum kembali membuka suaranya. "Mungkin kau tidak akan mempercayainya ... tapi kami, tidak berasal dari bumi." Mata biru milik Giorgio menatap lekat mata cantik milik Dyrania.

Gadis itu membalas tatapan Giorgio, ia kebingungan. "Apa kalian alien? Apakah kalian seperti Do Min Joon? Wah, luar biasa!"

Diluar ekspektasi mereka berdua, gadis ini jauh dari kata takut ataupun jijik. Sekarang ia bahkan menatap mereka berdua dengan pandangan kagum.

"Bukan ... kami bukan alien. Kami ... peri." Arabelle berkata lambat-lambat.

Mata Dyrania membulat sempurna. Mulutnya terbuka luas. "Apakah kau bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan manusia? Misalnya menggerakkan benda-benda?"

Setelah berkata begitu, tiba-tiba majalah yang tadi dibaca Dyrania melayang melewatinya dan mendarat di sebelah TV. Dyrania lantas berdiri dan bertepuk tangan.

"Wah! Luar biasa! Aku selalu ingin bertemu dengan alien, bahkan ini lebih baik dari dugaanku. Peri! Kakak iparku adalah peri! Luar biasa!" Ia kemudian menghampiri Arabelle dan menggenggam kedua tangannya. "Jangan khawatir, aku tidak takut dengan kalian. Hhmmm, sudah kuduga bahwa Giorgio bukanlah lelaki biasa. Ketampanannya sangat tidak manusiawi."

Perkataan Dyrania sukses membuat Giorgio tertawa. Ia merasa lega, sungguh. Ketakutannya akan kebencian Dyrania jika mengetahui identitasnya lenyap secara mendadak.

"Tunggu dulu, jika kalian adalah peri berarti kalian punya sayap, kan?" Dyrania bertanya dengan antusias.

Arabelle mengangguk. "Dulu aku punya. Tapi, sayapku terbakar dan sekarang aku tidak bisa terbang lagi." Ia menunduk sedih.

Dyrania kemudian merangkulnya. "Tidak apa-apa. Kalau saja waktu itu sayapmu tidak terbakar, kau tidak akan bertemu Kakakku, kan? Semua ini telah ditentukan. Jangan bersedih. Walau kehilangan sayapmu, namun kau menemukan cintamu."

Tiba-tiba gadis itu berdiri. "Baiklah. Jadi kita harus mulai dari passport, kan? Kalian berdua, ayo ikut aku," ujarnya setelah ia mendapatkan pasfoto Arabelle dan Giorgio.

Mereka lantas menaiki mobil sport berwarna pink kepunyaan Dyrania. Setelah mengemudi selama lebih dari satu jam, mereka tiba di sebuah cafe dengan nuansa putih yang mendominasi. Dyrania menoleh ke seluruh penjuru cafe kemudian ia melambai ke arah lelaki tampan yang duduk di salah satu sudut cafe tersebut.

"Jadi, bagaimana? Apa kau bisa membuatnya?" Dyrania terus bertanya setelah ia menghempaskan punggungnya di atas sofa.

Lelaki itu menyeringai. "Tentu saja. Apa kau meremehkanku setelah lama tidak bertemu?" Ia lantas mengeluarkan sebuah amplop panjang berwarna cokelat.

Lihat selengkapnya