Dyrania, Arabelle, dan Giorgio telah sampai di Ciampino airport, Roma, Italia. Setelah menempuh perjalanan berbelas jam kini hanya rasa lelah yang menghinggapi tubuh mereka.
"Hhhhh, ini lebih melelahkan daripada terbang. Padahal kita hanya duduk." Giorgio menggerakkan lehernya ke kiri dan kanan serta merentangkan tangannya ke atas.
"Benarkah? Kau harus mengajakku terbang suatu hari nanti. Pasti menyenangkan dapat menyentuh awan." Mata Dyrania berbinar-binar.
"Baiklah." Giorgio mengacungkan ibu jarinya.
Arabelle meliarkan pandangannya ke penjuru terminal kedatangan itu. Nampak banyak kerumun orang, namun ia tak melihat kelibat Nicholas di sana.
"Apakah Nick tidak menjemput kita, Dyra?" Ia bertanya dengan lesu.
Dyrania mengangkat bahunya. "Entahlah. Aku sudah meneleponnya untuk menjemput kita. Apa dia sudah tidur? Tapi sekarang masih jam tujuh malam."
Di kejauhan, terlihat James melambaikan tangannya ke arah Dyrania. Gadis itu tersenyum tipis dan mempersempit jarak mereka dengan melangkahkan kakinya lebar-lebar.
"Kak, kenapa Kak Nick tidak ikut menjemputku?" tanyanya setelah berada tepat di hadapan lelaki mungil itu.
Sebelum menjawab pertanyaan Dyrania, mata James telah lebih dulu terpaku pada Arabelle yang tersenyum ketika mata mereka bertabrakan.
"Belle?" Ia tercengang, sedikit tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.
"Hai, James." Arabelle berdiri di sebelah Dyrania yang sedang menghadap James.
"Kau? Bagaimana bisa?"
"Sudahlah, nanti akan kuceritakan. Ayo cepat, aku sudah lelah!" Ia menarik lengan baju James, menyadarkan lelaki itu dari kebingungannya.
"Baiklah. Tapi, ngomong-ngomong siapa lelaki ini?"
Dyrania tersenyum manis, ia memundurkan langkahnya sedikit hingga berdiri tepat di sebelah Giorgio yang memang berdiri di belakang Arabelle.
"Dia calon kekasihku," ujarnya seraya menggamit lengan Giorgio.
Lelaki itu hanya memandang Dyrania sekilas kemudian menyapa James. "Hai. Aku Kakak Arabelle. Panggil aku Gio." Ia menjabat tangan James setelah melepaskan tangan Dyrania yang masih bergelayut di lengannya.
James hanya menganggukkan kepalanya dan membawa mereka bertiga ke mobil yang terparkir di pelataran bandara. Setelah memasukkan koper-koper milik Dyrania ke dalam bagasi mobil, mereka berempat akhirnya meninggalkan bandara.