JATUH HATI TANPA JEDA

Kingdenie
Chapter #1

Salat Untuk Terakhir Kali

Namaku Benazir Raya Putri, seorang siswi kelas IX sebuah SMA ternama di Kabupaten Bogor dan aku benci sekali hidup ini.

Hari ini aku sudah memutuskan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kalian semua, para mantan teman bedebah. Selamat tinggal Bunda, Ayah dan Roman adikku satu-satunya. Selamat tinggal Lappy, buku harian digitalku. Selamat tinggal ponsel baru.

Selamat tinggal Pak Akbar Muharram, maafkan muridmu ini yang tidak bisa berhati baja seperti yang engkau minta. Aku ternyata hanyalah seorang pengecut yang tidak bisa menatap dunia lebih lama.

Sebuah tali sudah kusiapkan untuk gantung diri, sebuah tambang berwarna kuning pucat dengan ukuran hanya sebesar kelingkingku saja tetapi lumayan panjang. Setidaknya bisa terlaksana apa yang tebersit hari ini di benak, mengakhiri semua dengan menggantung diri.

Sebuah kursi plastik berwarna merah maroon kubawa ke belakang rumah, menuju sebuah pohon rambutan yang sedang berbuah dengan ranum. Besok pohon ini akan menjadi seram karena pernah ada mayat menggantung di sini, mayat aku.

Mungkin Ayah atau Bunda akan menebangnya itupun jika diizinkan oleh pemilik kontrakan. Apa peduli mereka? Ayah ada di penjara sekarang karena menjadi tersangka korupsi proyek negara. Bunda terlalu sibuk dengan usaha cafe yang baru dimulainya itu. Tetapi mereka bukanlah yang menjadi pemicu utama aku melakukan ini, Pak Akbarlah yang telah penjadi penyebab utama karena dia telah menodai aku, aku ulangi Pak Akbar telah menodai aku.

Tali sudah menggantung di dahan pohon yang sebesar paha orang dewasa, aku memastikannya cukup kuat untuk menahan beban tubuh dengan menariknya ke bawah dengan sekuat tenaga. Jangan sampai nanti dahan itu patah saat aku mulai menggantungkan tali di leher, aku yang belum mati malah keseleo atau patah tulang. Bisa-bisa malah dibawa ke tukang urut bukan dikuburkan.

Oke, aku siap, tali sudah dikalungkan ke leher. Selamat tinggal semua, selamat tinggal dunia fana. Dalam hitungan tiga semua ini akan berakhir

Satu ... dua ....

Terdengar azan Asar mengalun dari pengeras suara masjid yang letaknya di sebelah Utara jaraknya tidak jauh dari rumah. Merdu sekali terdengar suaranya. Entah berapa lama aku tidak mendengar panggilan salat yang seperti ini, suaranya seperti memanggil-manggil untuk melakukan ibadah yang sudah lama sekali kutinggalkan.

Sudah lama sekali aku tidak mengerjakan salat mungkin sebulan lalu atau dua bulan, jangan-jangan sudah tahunan aku tidak pernah salat. Sebaiknya aku melakukannya untuk yang terakhir kali.

Tali tambang kulepaskan lalu dengan perlahan turun dari kursi plastik. Salat untuk yang terakhir kali, tidak ada salahnya melakukan itu. Setelah itu aku bisa bunuh diri dengan tenang. Bunuh diri dengan tenang? Entah apa maksud kalimat ini.

Aku tahu dengan bunuh diri pasti akan masuk neraka. Pernah ada hadits yang kudengar tentang itu, katanya orang yang mati dengan bunuh diri nanti di neraka azabnya adalah dia akan mengulangi apa yang dilakukannya tersebut berulang-ulang. Seram sekali. Apa aku sudah siap jika masuk neraka?

Langkah kuayunkan ke dalam rumah lewat pintu belakang yang terbuka lebar. Sebuah handuk putih dijemuran kuraih sambil melangkah menuju ke kamar mandi.

Lihat selengkapnya