Motor scoopy berwarna hitam kombinasi kuning emas berhenti tepat di mulut gang Santuy. Mentari terasa mulai teras panas menerpa wajah. Ternyata sudah jam sebelas lewat, pantas saja mulai menyengat hebat.
“Mau kemana lagi kita, Din?” Aku penasaran dengan Dinda, sepertinya dia masih punya rencana lagi setelah dari rumah Pak Akbar.
“Anti ada kesibukan enggak, Ray?”
“Enggak ada.”
“Bagaimana jika kita ke rumah calon Pak Akbar?”
“Maksud kamu ke rumah Sarjana Komedi itu?”
“Wow, ada bara cemburu yang teramat sangat itu di kalimat anti, Ray.”
“Dinda, please deh. Mau ngapain kita ke sana? Kamu senang ya membuat hati ini tercabik-cabik.”
“Bahasa anti seperti Rhoma Irama, Ray. Bagaimana jika kita bicarakan sambil menikmati karunia Allah yang bernama sup buah itu?”
Dinda memberi kode untuk menoleh ke arah kiri, di mana ada tukang sup buah. Di sebelah warung itu ada tukang bakso yang belum buka, Bakso Mas Gimin tertulis di banner yang ditempel di depan warungnya.
“Yuk.” Aku turun dari motor Dinda lalu menuju ke tukang sup buah itu.
“Ya Allah, Ray. Nafsu amat, ana sampai ditinggalin.”
Dinda memarkirkan motornya tepat di depan warung itu. Dia menyusul masuk setelah melepas helm dan buff-nya. Sebuah senyuman menyambut ramah kedatangan kami dari Ibu penjual sup buah, tubuh suburnya dibalut gamis dilengkapi dengan penutup kepala sebuah jilbab cokelat.
“Selamat datang, silahkan masuk,” ujarnya.
“Sup buah dua, Bu.” Aku memesan setelah meminta persetujuan Dinda.
Dinda melepas jaket hijau tuanya lalu diletakkan di atas meja di sebelah kiri. Aku lebih memilih untuk membuka zipper saja, sekadar membiarkan oksigen masuk lewat sela jaket.
“Jadi gimana langkah kita selanjutnya, Din?”
“Tadi ana sudah beritahukan, setelah ini kita ke rumah calon istri Pak Akbar.”
“Dinda, bisa minta tolong ganti kalimat 'calon istri Pak Akbar' dengan nama Anna Fitria saja? Atau ganti dengan Sarjana Komedi?”
“Ciyeee, Raya. Cemburu membabi buta.” Dinda tertawa meledek, aku makin bete dengan tingkahnya.
“Dinda, nyebelin ih. Stop it, enough!”
“Okey, kita ganti kalimatnya jadi Anna Fitria Sarjana Komedi. Panjang amat ya jadinya, Ray.”
“Atau kamu boleh ganti apa saja asal jangan kalimat itu.”
“Kak Anna saja ya menyebutkan namanya, walau bagaimanapun dia harus kita hormati. Jangan sampai karena rasa cemburu kita melupakan adab sebagai muslim.”
“Afwan, Ustadzah.” Aku meledeknya yang sudah mulai berceramah, seperti biasa cubitan mampir ke bagian lengan.
“Jangan panggil Ustadzah, panggil Mamah Dinda.”
“Mamah Dedeh kali ....” Dinda tergelak mendengar ledekanku.
Dua mangkuk sup buah datang meramaikan meja, sebuah kalimat ramah mempersilahkan setelah mangkuk-mangkuk itu memamerkan kenikmatannya. Air liur langsung tebersit rasanya di ujung lidah.
“Ayo, Ray.” Dinda menarik mangkuk hingga ke dekatnya. Aku meniru yang dilakukannya. “Bismillah,” ujarnya berbisik.
Sebuah motor matic berwarna pink parkir tepat di samping motor Dinda, mataku sempat tersita beberapa detik saat motor itu tiba. Semuanya serba pink, selain itu jaket pengendaranya juga berwarna senada dengan motor itu, Pink Rider tertulis di bagian dadanya.
Aku bertaruh, pasti pengendaranya itu adalah seorang perempuan, terlihat dari lekuk badannya. Dia membuka helm KYT miliknya, dalam hitungan detik rambutnya jatuh tergerai dari dalam sana. Sebuah wajah oriental tersenyum, dia melambaikan tangan ke arahku. Gadis dengan wajah familiar itu masuk.
“Hai, Kak,” sapanya.
“Eh, anti ada di sini, Chi?” Dinda yang sedang asyik menikmati es buah agak terkejut karena sosok yang tiba-tiba ada di sampingnya itu.
“Halo, Chi.” Aku tersenyum menyambutnya, gadis bermata sipit itu juga menyematkan senyum.
“Ayo duduk di sini. Aku pesanin ya, Chi?” ujar Dinda sambil menggeser duduknya. dia lalu menarik kursi plastik yang ada di meja sebelahnya.
“Tawaran yang menarik sekali, Kak Dinda. But, aku berjanji mau pulang cepat, mau mengantar Mommy ke luar. Dari pada bosan di rumah katanya. Liburan Corona ini membuat bingung mau kemana-mana,” kata Chiko lalu duduk di bangku yang tadi disediakan oleh Dinda.
“Liburan Corona?” Aku menatapnya heran dengan penggunaan istilah barunya.
“Iya, liburan mendadak yang disebabkan oleh Corona virus. Sekolah diliburkan mendadak dari tanggal 16 sampai 29 Maret 2020. Belum membuat rencana liburan sama sekali. Bahkan yang sudah punya rencana bepergian pun sekarang dilarang kemana-mana. It's suck!” ujar Chiko.
Apa yang dikatakan Chiko sedikit menggelitik otak untuk sedikit mengingat alasan sekolah diliburkan, tujuan utamanya adalah untuk memutus mata rantai Covid 19. Aku membayangkan bagaimana di Wuhan saat virus ini mulai menyebar, akses transportasi dihentikan, toko-toko banyak yang tutup, stok makanan terbatas. Akankah Indonesia seperti ini? Naudzubillahmindzalik.