JATUH HATI TANPA JEDA

Kingdenie
Chapter #18

Nasib Cinta Roman dan Karenina

Hari Ahad adalah hari yang paling menyenangkan buatku, betapa tidak sebagai kepala keluarga pengganti Bunda telah membuat peraturan, bahwa hari Ahad adalah family time. Tidak ada aktifitas apapun selain bersama keluarga. Termasuk urusan cafe saat itu yang bertanggung jawab penuh adalah Bang Rambo.

Aktifitas setiap Ahad dimulai dari menjenguk ayah di penjara. Saat pertama kali berjumpa beliau, aku tak kuasa menahan laju air mata. Aku menyesal telah menyalahkannya selama ini karena kasus yang menjeratnya ke penjara. Sepulang dari sana, aku dan Roman menemani Bunda berbelanja di pasar tradisional.

Berdasarkan cerita Bunda, Ayah sebenarnya adalah korban dari kelicikan orang yang membencinya di instansi. Dia mempunyai idealisme yang tinggi, sama sekali tidak mau mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Mereka yang mempunyai keinginan untuk memenuhi saku dengan uang banyak walaupun tidak halal, telah membuat sebuah skenario seolah ayahlah yang bersalah. Beliau tidak bisa mengelak karena dokumen yang menjadi alat bukti di-validasi oleh tanda tangannya.

Waktu menunjukan pukul tiga sore, aku, Bunda dan Roman berkumpul di ruang keluarga. Sebuah ruangan sederhana yang berisi sofa berwarna cokelat terang, sebuah televisi tabung 21” ikut meramaikan suasana.

Sesekali mata kami melihat televisi, benda itu hanya dijadikan pelengkap hari saja sebenarnya. Inti dari family time ini diisi dengan cengkerama keluarga, bukan nonton atau bermain ponsel.

Roman bercerita tentang adik-adik kelasnya di SMP, dia bilang bahwa sedang dikejar-kejar oleh cewek-cewek cantik di sekolahnya, padahal dia sudah mempunyai pacar. Karenina nama orang yang sudah berhasil mengisi hati Roman, teman sekelasnya. Dia itu selain cantik dan berkulit putih, juga selalu menjadi juara kelas.

Menurutku Roman itu kepedean bercerita seperti itu, walaupun memang wajar dengan penampilan fisiknya. Adikku itu mewarisi bentuk tubuh ayah yang tegap, bahunya yang lebar membuatnya tambah gagah, terlihat dewasa dari umurnya yang baru lima belas tahun.

Bunda memberikan nasehatnya supaya Roman lebih hati-hati dengan makhluk yang bernama perempuan itu, alasan Nabi Adam diturunkan ke bumi oleh Allah subhana wataala adalah karena perempuan, yaitu Hawa. Agak aneh menurutku saat Bunda memberikan nasihat seperti itu, karena diapun seorang perempuan.

Roman juga bercerita tentang kejadian yang menimpanya hari ini, dia berkelahi dengan orang yang bernama Jason, anak muda yang kebetulan ada di rumah pacarnya. Aku agak tersentak saat Roman menyebutkan nama itu, apakah ini si Jason yang dulu pernah meninggalkanku demi si Tante tajir itu?

“Kak Aya pasti kenal si Jason itu, aku lihat dari badge-nya di seragam, dia satu sekolah dengan Kakak. Atau mungkin dia sekelas dengan Kakak malah.”

“Jason?” Aku pura-pura kaget, mudah-mudahan terlihat bagus di depan Roman.

“Iya, Kak. Orangnya tinggi rambut lurus berdiri, hidungnya mancung.”

“Cuma ada satu Jason di sekolah Kakak, pasti dia, Rom. Dia Playboy kelas kakap. Apa awal mula kamu berkelahi dengannya?”

“Aku salah sangka sih awalnya, Kak, aku pikir dia itu pacarnya Karen, tapi ternyata pacar Mamanya. Sakit jiwa anak sekarang demi panjat sosial rela pacaran dengan tante-tante.” Ada sebuah senyum mengejek disematkan di wajah adikku satu-satunya itu.

“Memang salah ya, Rom, kalau Jason itu pacaran dengan tante-tante?” Aku tercengang dengan kalimat yang dikatakan Bunda, jangan-jangan pahlawan tanpa tanda jasaku ini sedang menjalankan hubungan terlarang dengan anak muda juga. Ah, tidak mungkin, Bunda bukanlah type perempuan seperti itu, aku yakin pertanyaannya adalah untuk mengetes kecerdasan Roman.

“Menurutku salah, Bun. Apalagi si Jason melakukannya hanya untuk panjat sosial, artinya dia memanfaatkan uang yang didapatkan dari si Tante itu untuk menaikkan level sosialnya, supaya dia bisa beli gadget keren, beli motor gede. Dia cuma mau morotin hartanya Mama pacarku aja kok.”

“Kamu tahu dari mana si Jason itu cuma morotin aja? Bisa aja ‘kan dia benar-benar cinta dengan Tante itu.”

“Karen yang menceritakan itu, tadinya sih aku juga berpikir cinta emang gila hingga menyatukan mereka. Tapi ternyata ini bukan tentang cinta, tapi tentang harta.” Jason menjelaskan.

“Jauh banget ya beda umur mereka?” Aku yang tadinya hanya mendengarkan akhirnya ikut memberikan komentar.

“Ya banget, Kak, jauh banget beda umurnya. Si Jason itu seumuran dengan Kakak, tujuh belas tahunan ya? Sedangkan Mama Karen itu sepertinya usianya sudah diatas Bunda, mungkin sekitar kepala limaan deh. Kakaknya Karen yang pertama aja sudah berusia empat puluh katanya. Jika dihitung Mamanya menikah diusia muda, tujuh belas tahun misalnya, berarti empat puluh tambah tujuh belas, tambah setahun berarti usianya sekarang lima puluh delapan tahun.”

Aku dan Bunda tercengang dengan kalimat yang diucapkan oleh Roman, tidak mengerti dengan penjabaran yang disampaikannya.

“Kamu mengitung apa itu, Rom? Empat puluh tambah berapa tadi? Aku enggak ngerti.”

“Iya, Bunda juga enggak mengerti kamu mengitung apa?”

Roman menyematkan senyum sebelum mulai menjelaskan lagi, “begini, Bun, Kak Aya. Empat puluh tahun itu usia anak pertama Mamanya Karen, tambah tujuh belas tahun itu usia termuda Mamanya menikah, bisa saja lebih dari segitu atau, mungkin bisa juga kurang. Lalu satu tahun itu penggenapan dari masa hamil yang sembilan bulan itu, diasumsikan setelah menikah dia langsung hamil. Jadi ya begitu mengitungnya, empat puluh tambah tujuh belas tambah setahun, jadi lima puluh delapan tahun kira-kira usianya calon mertuaku.”

Halah, Bun. Roman sudah pengen nikah tuh, calon mertua katanya,” ledekku.

“Enggak kok, Bun. Anak-anak zaman sekarang emang kayak gitu, belum apa-apa udah bilang calon mertua. Padahal mereka baru dekat beberapa hari aja dan komitmen yang dibangun juga jauh dari kata matang.”

“Jangan-jangan kamu sudah manggil Abi-Umi ‘ni dengan siapa tadi nama pacar kamu, Rom? Karen ya?” aku meledeknya lagi.

“Enggaklah, Kak, aku enggak selebay itu. Masa manggilnya Abi-Umi, Papih-Mamih lah,” ujar Roman sambil tergelak.

Lihat selengkapnya