Jatuh Terlalu Jauh

Unira Rianti Ruwinta
Chapter #14

Bagian Dua Belas : Seperti Mimpi

"Eh, Na-Na! Gue punya informasi terbaru yang pastinya bermanfaat buat lo," ucap Acha heboh.

"Apaan, deh?" Anna mendekat karena penasaran tentang informasi yang akan disampaikan Acha dan 'katanya' sangat berguna itu.

Acha memperlihatkan ponselnya yang berisi tentang headline sebuah berita dari salah satu portal media ternama. "Ini lakik lo, kan? Serius mereka mau comeback lagi? Bukannya belum lama ini mereka juga comeback, ya?"

"Oh yang itu, iya bener itu beritanya." Anna terdengar sangat santai menanggapi pertanyaan dari temannya itu. "Comeback kali ini lakik utama gue ganteng banget, loh. Sekedar menginformasikan aja, sih, nggak ada maksud pamer."

"Laki lo yang mana? Yang tinggi macam tower itu?" Merlin ikut menyahut.

"Lah, laki utama gue mah yang sering mengklaim kalau dia jelmaan maung. Tapi, yang tinggi macam tower juga laki gue, sih. Kan lagi gue semuanya ada 13 orang," jelas Anna yang diiringi tawa.

Mendengar itu, Merlin langsung melempar tatapan tak percayanya kepada Anna. "Heh, lo kalau mau poliandri kira-kira dong!"

"Gue juga punya laki 15 orang, kok, Mer." Acha dengan spontan memperlihatkan salah satu gambar yang menjadi wallpaper utama laptopnya.

Merlin menggelengkan kepalanya tak menyangka dengan kelakuan dua temannya itu. "Udah gila emang temen gue yang dua ini, halunya totalitas tanpa batas."

"Lagu lakinya Anna gue suka banget yang liriknya ada kata gomapda gitu."

"Yee, emang judulnya itu kali," jawab Anna cepat.

"Gue, kan, nggak tahu, Na!"

Obrolan keduanya terus berlanjut sampai melupakan kehadiran Merlin yang sejak tadi hanya menyimak tak mengerti.

Mereka bertiga memang belum lama saling mengenal. Namun, dikarenakan ketiganya memiliki hobi dan kebiasaan yang hampir sama, hal itulah yang membuat mereka menjadi teman akrab hanya dalam waktu singkat. Anna mengenal Acha terlebih dahulu, mereka tak sengaja bertemu di salah satu halte yang tak jauh dari tempat tinggal Anna, dan secara kebetulan mereka berdua sama-sama berasal dari Bandung dan mempunyai idola dari negara tetangga. Kalau untuk Merlin sendiri, selain karena mereka satu jurusan, Merlin juga tinggal bersebelahan dengan Anna atau mungkin bisa di bilang hanya terpaut dua pintu dari kamar Anna.

"Akhir-akhir ini lo lagi bucinin siapa, sih, Na?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Anna dan Acha menghentikan percakapan mereka. Baik Anna maupun Acha sama-sama bingung dengan pertanyaan Merlin. Pasalnya, pertanyaan tersebut dengan spontan keluar dari mulut Merlin dan bisa dikatakan keluar jalur dari topik pembicaraan mereka beberapa saat lalu.

"Nggak, kok. Kenapa emangnya?" Anna malah balik bertanya kepada Merlin.

"Nggak apa-apa, sih. Cuma penasaran aja, akhir-akhir ini lo sering nge-tweet beginian," jawab Merlin santai.

"Tweet gue yang mana?"

"This has nothing to do with thim. This is a decision I made on my own. I have trained to the point where I don’t need a shield. I don’t intend to use him as one in anyway. For as long as I live, I just wish to give him my heart," kata Merlin membacakan sebuah kalimat yang Anna tulis di sosial medianya.

"Itu mah kutipan yang diambil dari salah satu drama kali," sahut Acha yang tangannya masih berkutik diatas keyboard laptop. "Itu loh drama Saeguk yang lagi terkenal akhir-akhir ini."

"Yang mana, sih?" Merlin terus bertanya karena dirinya memang kurang begitu mengikuti tentang drama-drama Korea yang sering ditonton kedua temannya itu.

Dengan senang hati Anna menunjukkan layar laptop yang sedang memutar drama tersebut.

"Oh, yang itu. Eh, tapi katanya itu drama nggak ada kiss scene sama sekali, ya?"

Anna membulatkan matanya menatap Merlin tak percaya. "Lah, tahu dari mana?"

"Ada yang bilang di kantin," sahutnya cepat.

"Katanya lebih suka drama Thailand, nggak pernah ngikutin Drakor. Lah, barusan itu apaan?" Tanya Acha sedikit meledek Merlin.

"Nggak sengaja dengar maksud gue," Merlin buru-buru memberikan klarifikasi.

"Emang nggak ada, tapi ini drama bagus loh, beneran gue nggak bohong!"

"Entar kalau udah mood gue nonton, deh. Thank for your information, Bestie!" Merlin dengan cepat menyahuti perkataan Anna.

"Gue mau cerita, kalian mau dengerin gue nggak?" Acha tiba-tiba saja bersuara. Gadis itu melepas kacamatanya, kemudian mendekat ke arah Anna dan juga Merlin.

"Kemarin kelas gue heboh banget, sumpah! Tahu nggak gara-garanya apa?"

Merlin menghela napas. "Ya, nggaklah! Kita berdua itu beda fakultas, beda jurusan juga sama lo. Jangan ngadi-ngadi, deh!"

"Oh, iya lupa." Acha menunjukkan cengiran khasnya. "Jadi, kemarin tuh ada temen satu kelas gue bawa teman, cowok cakep. Langsung, deh, cewek-cewek di kelas gue pada lenjeh-lenjeh banget sama dia. Lo tahu si Brayn, kan, anak hukum?"

"Iya, gue tahu. Yang waktu Ospek dapat predikat Maba paling aktif?" Tanya Merlin.

"Iya, Brayn yang itu," jawab Acha antusias.

"Yang mana, sih?" Anna masih bingung tentang sosok yang tengah dibicarakan Acha dan Merlin.

"Yaelah, Na, itu loh yang waktu gue sama lo pertama kali ketemu di halte. Sebelum gue nyamperin lo, ada Brayn, kan, di sana?"

Ah, jadi yang di maksud Acha adalah Ethan.

Mulut Anna membentuk huruf O, kemudian tangannya memberikan gestur agar Acha meneruskan ceritnya.

"Nggak ada angin nggak ada hujan, dia tiba-tiba ke kelas gue. Eh, nggak kebetulan juga, sih, dia ke sana karena nyamperin Galih."

Acha sangat bersemangat menceritakan bagaimana situasi kelas begitu Ethan muncul, ditambah lagi saat itu Ethan berbincang dengan Galih cukup lama di sana. Acha bercerita, kalau Ethan sangat tampan jika dilihat dari jarak dekat. Dalam hatinya Anna pun menyetujui itu. Namun, dia tidak tahu jika Ethan seterkenal itu di kampus. Satu hal yang membuatnya tak habis pikir, bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau orang yang mendapat predikat sebagai mahasiswa baru paling aktif saat ospek itu adalah Ethan, padahal dia duduk di barisan paling depan saat itu.

"Brayn dulunya, kan, anak Pasnas juga, jadi nggak aneh kalau orang-orang pada kenal dia," sahut Anna tak sadar.

"Lah, gue malah nggak tahu kalau si Brayn itu anak Pasnas."

Anna ketar-ketir saat Merlin mengatakan kalimat itu. Lagi-lagi dia meruntukki dirinya sendiri yang sering keceplosan dan mengatakan sesuatu tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

Lihat selengkapnya