Yogyakarta, Januari 2019
Awal tahun baru, mungkin saat itu yang terlintas dipikiran kita adalah liburan. Menikmati sisa-sisa libur panjang dengan berpergian ke beberapa tempat wisata ataupun tetap tinggal di rumah untuk sekadar bercengkraman dengan keluarga. Namun tidak untuk Anna, yang selalu terlintas dipikiran gadis sembilan belas tahun itu, adalah agenda Ujian Akhir Semester. Menjadi salah satu mahasiswi yang berkuliah di universitas ternama, membuat Anna harus menepikan rencana untuk menikmati libur tahun barunya.
Mendekati pukul 15.00, lingkungan kampus sudah mulai terlihat sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang masih berada di sekitar sana, salah satunya adalah Anna. Gadis itu masih berada di bawah pohon rindang dan ditemani oleh beberapa buku di sampingnya. Meskipun hanya sendirian, tapi Anna terlihat tidak mau ambil pusing dengan semua itu, dia terlalu asyik membaca dan memahami isi dari buku yang tengah dia baca.
"Ethan!"
Dalam jarak radius 10 meter, suara teriakan itu masih bisa Anna dengar. Ketika dia mendengar suara itu, kepalanya yang tengah menunduk dan membaca buku, kini perlahan terangkat dan mendongak melihat ke arah sumber suara. Gadis itu menangkap sosok lelaki bertubuh tinggi yang tengah berjalan, dan di belakangnya dia bisa melihat ada tiga laki-laki lain yang tengah mengucapkan sumpah serapah pada lelaki di depannya. Anna tersenyum melihat pemandangan di depannya, memang bukan suatu hal yang aneh dan baru Anna temui hari ini. Perdebatan antara empat remaja laki-laki itu sudah sering Anna lihat, sudah menjadi pemandangan yang sangat tidak asing.
Pandangannya dari buku seolah teralihkan. Kini, gadis itu tengah menatap salah satu lelaki yang tengah berdiri sambil memainkan ponsel. Wajah itu sangat indah untuk dipandang, Anna tidak bisa menutupi rasa kagumnya terhadap setiap pahatan yang Tuhan ciptakan melalui wajah laki-laki itu.
Anna masih menatap Ethan, mengagumi ketampanan yang dimiliki lelaki berlesung pipit itu. Anna tidak menyadari jika lelaki yang tengah ditatap mulai mendekat ke arahnya, gadis itu terlalu sibuk dengan rasa kagumnya dan tidak mau mengalihkan tatapan ke arah lain.
"Kamu itu kebiasaan, suka lihatin aku sampai segitunya. Ada yang salah dengan mukaku?"
Anna terlonjak saat mendengar suara itu, dia merasa suara itu begitu dekat dengannya. Dan benar saja, entah sejak kapan Ethan sudah duduk tepat di samping Anna. Gadis itu berusaha untuk memberanikan diri melihat ke sebelahnya.
"Sejak kapan, Kamu di sini?" tanyanya sambil berusaha untuk berpura-pura kembali membaca.
"Kalau baca tuh yang benar, masa bukunya ke balik gini?" Ethan mengambil buku milik Anna, membaca judulnya sekilas, lalu mengembalikannya pada si pemilik. "Buku khas anak Aktuaria, bukannya kamu anak Manajemen?" tanya Ethan heran.
Anna masih diam, sesekali dia melirik ke arah Ethan yang berada di sampingnya. Antara bingung dan grogi, kini melebur menjadi satu dalam diri Anna.
"Sana pulang!"
Dua kata yang diucapkan Ethan membuat Anna membulatkan matanya, kalimat yang terkesan mengusir itu berhasil lolos dari mulut lelaki tampan itu.
"Emang kalau kamu ada di kampus sampai sore gini, itu akan menjamin nilai UAS kamu bagus? Nggak,kan?" tanya Ethan.
"Nggak belajar sehari juga nggak akan bikin kamu jadi idiot. Jadi, mending kamu pulang sekarang," kata Ethan, perlahan dia menoleh ke arah perempuan itu. "Tadinya, ada yang mau aku omongin. Tapi, nggak jadi. Sepertinya kamu sedang fokus belajar."
"Ada perlu apa?" pertanyaan itu berhasil keluar dari mulut Anna.
Ethan menggeleng, "Nanti saja, agak sorean aku temui kamu lagi di kafe dekat sini, aku pulang dulu."
Anna hanya mengangguk, menatap Ethan yang mulai bangkit dari duduknya. Gadis itu masih setia memandangi punggung lebar milik Ethan, yang kini perlahan mulai menjauh dari pandangannya.
Dia adalah Ethan, lelaki tampan yang namanya sudah begitu melekat di hatinya. Lelaki yang mampu mengubah suasana hati Anna, hanya dengan menyebut namanya. Lelaki yang dulunya dia kira hanya khayalan dan ilusi yang selalu dia ciptakan, nyatanya memang benar-benar ada dalam kehidupan nyata. Dan, dia adalah Ethan. Lelaki tampan yang membuat Anna harus merasakan jatuh cinta yang menyakitkan.
Gadis itu menghela napas panjang, sebelum akhirnya kembali fokus pada buku tebal di depannya. Sementara itu dari jarak yang tidak terlalu jauh Merlin sedari tadi sedang mencari keberadaan Anna dan saat sudah menemukan Anna, dia sangat ingin menghampiri Anna yang tengah duduk sendirian. Dia juga sempat melihat sosok lelaki yang menghampiri Anna dan mengajaknya berbicara, mata Merlin memicing karena merasa tidak asing dengan sosok itu. Merlin merasa kalau sosok yang menghampiri Anna adalah Ethan. Namun, dia tidak sepenuhnya yakin kalau itu adalah Ethan, karena saat ingin menghampiri Anna, ada orang lain yang mengajaknya berbicara. Dan saat orang itu sudah pergi, Merlin tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menghampiri Anna.
"Anna!"
Mendengar suara itu, Anna menoleh dan menemukan seorang gadis yang tengah berlari kecil ke arahnya. Dia adalah Merlin, gadis itu benar-benar telah duduk di samping Anna, sesekali melirik ke arah beberapa buku yang Anna bawa.
"Lo belum pulang?" tanya Anna, berusaha untuk memulai pembicaraan dengan Merlin yang ada di sebelahnya.
"Gue dari tadi nyariin lo," jawab Merlin, sambil mengambil sebuah buku dan membukanya.
Anna terkejut, "Nyariin gue.... ngapain?"
"Iya, kan, bentar lagi UAS." Gadis itu membuka halaman per halaman buku yang dia pegang. "Lo, kan, dulunya anak Akuntansi. Nah, gue tuh nggak ngerti sama yang begituan, nggak terbiasa pokoknya," kata Merlin berusaha menerangkan.
"Lo mau ngajakin gue belajar bareng?"
Merlin memutar bola matanya malas, "Nggak jadi deh, lupain aja." Merlin menutup bukunya dan mengembalikannya kepada Anna. "O, iya. Gue tadi kayak ngelihat Brayn, deh. Lagi ngobrol gitu sama lo."
Anna kaget, ternyata Merlin berada di sekitar sini saat Ethan dan dirinya tengah berbincang. Padahal, kampus terlihat sudah sangat sepi, tetapi nyatanya Merlin belum pulang juga.
"Nggak ada orang lain selain gue di sini, salah lihat kali lo," jawab Anna, berharap Merlin tidak bertanya lebih lanjut mengenai hal itu. "Udah sore, kita pulang yuk!"
"Masa, sih, gue salah lihat.... Orang gue yakin itu Brayn, kok." Merlin berusaha untuk mengingat apa yang dia lihat beberapa saat lalu. "Tapi, mungkin lo benar gue salah lihat. Lagian, kalau kalian cuma sebatas kenalan biasa, nggak mungkin bisa sedekat itu."
Anna terdiam, yang dikatakan oleh Merlin begitu menohok untuknya.
Mengingat, dia dan Ethan sangat jauh berbeda.
****
Aroma semerbak kopi begitu menusuk indra penciuman Anna sewaktu memasuki sebuah kafe. Sore ini Ethan mengajaknya untuk bertemu di salah satu kafe yang tak jauh dari kampus, ini adalah kafe yang sama saat pertama kali menemukan fakta bahwa Ethan adalah mahasiswa di kampus yang sama dengannya.
Seorang pelayan menghampiri mereka, memberikan dua gelas kopi. Sebenarnya Anna tidak terlalu suka dengan kopi, hanya saja dia merasa tidak enak dengan Ethan. Jadi, dia memesan kopi yang sama dengan laki-laki itu, bukan karena memang punya selera kopi yang sama, tapi karena Anna ingin tahu apa yang menjadi kesukaan Ethan.