Jatuh Terlalu Jauh

Unira Rianti Ruwinta
Chapter #23

Bagian Dua Puluh Satu : Kebetulan Yang Berulang

Memasuki pertengahan Januari, membuat mahasiswa menghela napas lega. Pasalnya, UAS yang telah diagendakan dari akhir tahun kemarin sampai dengan pertengahan Januari, kini telah selesai. Akhirnya, mereka bisa menghirup udara bebas setelah sebelumya selalu berkutat dengan beberapa soal yang cukup memusingkan. Rasa lega itu juga tengah dirasakan oleh Anna, gadis itu cukup senang karena dia bisa mengisi semua soal dengan baik, walaupun hasilnya belum tentu sebaik yang dia harapkan. Tapi setidaknya, beban di pundaknya sedikit berkurang.

Gadis itu mengambil benda pipih di dalam tas, kemudian membuka aplikasi yang akhir-akhir ini jarang sempat dia lihat. Matanya berkedip beberapa kali, saat melihat sebuah foto yang baru saja diunggah beberapa menit lalu. Di sana menampilkan seorang laki-laki tengah duduk tersenyum di tengah rerumputan yang hijau, memakai baju kaus serta celana jins berwarna hitam, sepatu Converse lengkap dengan tas ransel, juga sebuah jam yang melingkar di tangan kirinya. Di foto itu, dia menambahkan sebuah keterangan yang khas sekali dengannya membuat Anna juga ikut tersenyum saat memandangi foto itu.

"Kenapa lo senyum-senyum kayak gitu, Na?" tanya Merlim setelah menyeruput es teh miliknya, dia menatap Anna heran.

Anna menoleh. "Ah, nggak. Ini lihat laki gue nongol di Twitter.''

Merlin memutar bola maatanya malas. "Kebiasaan, deh. Gue kira lo senyum-senyum sendiri karena apaan."

Gadis itu hanya tersenyum dan tidak berniat membalas perkataan dari Merlin. Matanya kembali fokus pada ponsel yang tengah menampilkan foto Ethan sedang tersenyum di sana, kemudian memutuskan untuk menutup layar ponsel dengan senyuman tipis yang masih tercetak di bibirnya.

"Na, kan nanti libur semester agak lama nih, lo mau langsung pulang?" tanya Anya kembali memulai pembicaraan.

"Belum tahu juga, sih," jawabnya ragu. "Kemarin Ucup sempat ngajakin gue buat jalan-jalan di sekitar sini dulu, baru nanti pulang ke Bandung."

"Acha juga ikut?"

"Ikut ke mana? Jalan-jalannya atau pulang ke Bandung nih?"

"Ya, Jalan-jalan di sini. Kalau pulang ke Bandung mah nggak perlu gue tanyain lagi. Lo pasti mau pulang bareng, kan?"

Anna mengangguk.

"Nanti mau ke mana?"

"Abis ini?"

Merlin menggeleng. "Bukan, jalan-jalan sama Ucup mau ke mana?"

"Kayaknya cuma keliling aja, sih."

"Yang jaga lilin siapa?"

"Hah?"

Selalu seperti ini, ketika mereka berdua bertemu dan terlibat dalam suatu obrolan, pasti akan selalu ada pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaan lagi. Atau jika tidak demikian, salah satu dari mereka secara tiba-tiba menjadi lambat dalam merespon hingga akhirnya keributan pun terjadi lagi.

"Katanya lo sama Ucup mau keliling-keliling, terus yang jaga lilin siapa? Nanti kalau nggak ada yang jagain, takutnya kalian mati lagi."

"Emang gue babi ngepet, sembarangan aja!" Protes Anna tak terima.

Beruntung beberapa menit kemudian Acha ikut bergabung dengan mereka dan kehadiran Acha berhasil meminimalisir baku hantam yang akan dilakukan oleh Anna dan Merlin.

"Ribut mulu kalian ini," tegur Acha. "Nih gue beliin kalian ini biar kepalanya dingin."

Dengan cepat Merlin membuka kantong plastik yang diberikan Acha. Baik Merlin maupun Anna terkejut saat mengetahui isi dari kantong plastik itu.

"Es krim?" Tanya Anna dan Merlin bersamaan.

Acha mengangguk. "Iya, buat kalian."

"Dalam rangka apa nih?" Anna mengambil es krim rasa cokelat bertabur kacang almond di atasnya, sedangkan Merlin mengalah dan mengambil es krim satunya dengan varian rasa yang berbeda.

"Gue kasih tahu lo, ya, Cha." Merlin memposisikan dirinya menjadi berhadapan dengan Acha, "Kalau beliin dua orang itu, jenis merek dan varian rasanya yang sama. Jangan beda kayak gini, entar memicu perkelahian antara gue sama Anna. Untung aja hari ini gue lagi baik hati, tidak sombong, dan mau mengalah sama Anna. Coba kalau nggak, udah gue rebut tuh es krim."

"Bisa diem nggak?" Anna menempelkan jari telunjuknya di bibir Merlin. "Harusnya lo bersyukur di siang bolong gini ada yang ngasih es krim gratisan, lumayan bisa hemat lima belas ribu."

"Di IndoApril cuma ada satu yang cokelat putih itu. Ya, daripada nggak gue beliin sama sekali," Kata Acha melakukan pembelaan.

Anna tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya saat es krim dengan taburan kacang almond itu meleleh di mulutnya, gadis itu tidak bisa berhenti tersenyum meledek ke arah Merlin yang sejak tadi terus memperhatikannya.

"Katanya, es krim bisa menjadi penghibur dan juga bisa menghilangkan perasaan galau. Penelitian terbaru menemukan bahwa terdapat lebih dari 100.000 jenis molekul zat pada es krim, dan itu efeknya sangat menyehatkan," kata Acha tanpa mengalihkan fokusnya dari ponsel.

"Beneran udah diteliti, Cha?" Tanya Merlin polos.

"Dari yang gue baca, sih, gitu."

"Tapi, gue nggak lagi galau, Cha."

Acha menghela napas pelan. "Gue nggak nyuruh lo galau dulu, baru lo makan es krimnya. Kalau nggak mau, sini balikin!"

"Yaelah, galak amat, Bu!" Merlin memukul lengan Acha pelan, tak lupa lengkap dengan rentetan omelan panjangnya. "Gue antre beli makan dulu, deh, ya. Kalian jangan protes kalau pesanannya nggak sesuai, masih untung gue mau bela-belain antre buat kalian juga."

Setelah kepergian Merlin, dia kembali fokus kepada buku yang ada di hadapannya. Gadis itu sama sekali tidak peduli dengan keramaian di sekitarnya, terdengar sangat berisik namun sama sekali Anna merasa tidak terganggu. Ponselnya kembali bergetar menandakan ada sebuah notifikasi masuk, Anna hanya meliriknya tidak bermaksud untuk benar-benar melihatnya. Tapi ponsel itu bergetar untuk kedua kalinya, membuat Anna menghela napas panjang. Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil dan melihat notifikasi yang masuk beberapa menit lalu, awalnya Anna mengira itu notifikasi yang berasal dari WhatsApp tapi ternyata bukan, ternyata notifikasi itu berasal dari Instagram.

Perlahan seulas senyum terukir di bibir Anna, setelah melihat notifikasi yang memberitahukan Ethan baru saja membuat cerita dan mengunggah sebuah foto untuk yang ke sekian kali. Sesuatu di dadanya kembali berdetak tak normal, kali ini lebih cepat dari biasanya. Senyum terus mengembang, seiring detak jantungnya yang terus berpacu, membuat Anna mendengkus menyentuh letak jantung yang tidak bisa diajak kompromi sama sekali. Padahal, ini bukan yang pertama kali Anna melihat dan mendapatkan notifikasi dari Instagram tentang Ethan, karena sudah dari dulu Anna mengaktifkan notifikasi khusus untuk akun milik Ethan.

Di sana Ethan mengunggah sebuah foto dirinya yang sedang berada di pantai, laki-laki itu memakai kaos berwarna abu-abu panjang dan celana selutut, lengkap dengan tas ransel besar di punggungnya seperti baru saja pulang dari bumi perkemahan. Anna tesenyum, lalu menekan tombol love dan muncul tanda hati di sana. Kemudian dia beralih ke atas, bermaksud untuk melihat cerita yang baru saja Ethan bagikan.

Anna terus saja menebar senyum, hingga tak menyadari keberadaan Merlin yang baru saja kembali dengan membawa tiga mangkuk bakso, bahkan Merlin sengaja membelikan minuman baru untuk Anna juga Acha.

"Dasar gila!"

Ucapan Merlin membuat Anna menoleh, dahinya berkerut seolah mengisyaratkan pertanyaan untuk Merlin tentang perkataannya beberapa saat lalu.

"Apa?" tanya Merlin.

"Siapa yang lo sebut gila?". Anna bertanya balik.

"Orang yang lagi ngomong sama gue, siapa lagi?"

Lihat selengkapnya