Jatuh Terlalu Jauh

Unira Rianti Ruwinta
Chapter #3

Bagian Satu: Sekilas Kehidupan


Bandung, November 2017.

“Belajar melulu, apa nggak capek?”

Merasa ucapan itu ditujukkan hanya untuknya seorang, karena tidak ada orang lain di ruang tamu selain dirinya, Anna pun mengintip dari balik lembaran buku tebal yang sedang dibacanya. Dia mendesis melihat seorang gadis duduk bersila di sebelahnya, sambil terus memainkan ponsel.

“Besok gue ada ulangan,” jawab Anna singkat, pandangannya sama sekali tak beralih dari buku.

Desi, gadis berambut ikal sebahu itu, tiba-tiba tertawa keras. “Ya Allah, ieu budak belegugna teu katulungan. Mundur dulu kenapa, sih. Begonya kelewatan banget kamu, Neng.”

“Yang lo maksud bego itu gue?” tanya Anna dengan jari yang sudah menunjuk ke arahnya sendiri.

“Oh, nggak. Bukan lo yang gue maksud, santai atuh. Ini si Naning, biasalah anak itu mangsa empuk banget buat jadi target keusilan gue.”

Anna mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Desi, mendadak dia menjadi penasaran dengan apa yang Desi lakukan. “Memangnya Naning kenapa lagi?”

Sebelum menjawab Desi pun melirik ke kanan-kiri, untuk memastikan tidak ada orang lain selain mereka. Keadaan asrama memang sudah sepi karena beberapa orang lebih memilih untuk berdiam di kamar masing-masing.

“Tapi, jangan kasih tahu yang lain dulu, ya.”

Anna pun mengangguk setuju.

“Gue lagi ngerjain Naning,” Desi berbisik pelan. “Gue sengaja pakai nomor baru, terus menyamar sebagai cowok yang ngaku udah suka sama Naning dari lama.”

Pernyataan Desi membuat Anna mengangkat sebelah alisnya, seolah menjadi pertanda bahwa Anna belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Desi.

“Gue pakai fotonya Ilham biar lebih meyakinkan,” lanjut Desi.

“Ilham siapa?” tanya Anna. Entah mengapa dia semakin penasaran dengan cerita Desi yang satu ini. “Lo kalau mau cerita sama gue jangan setengah-setengah.”

“Ilham itu pacar online gue.” Desi kembali tertawa, kali ini terdengar lebih keras dari sebelumnya. “Nggak, bercanda gue.”

“Iya, tapi Ilham itu siapa? Artis?”

Desi menggeleng, “Bukan. Dia Purna Paskibra Indonesia asal Jawa Tengah, tapi dia juga aktif di sosial media. Seangkatan sama kita, dia PPI provinsi yang terkenal dan pengikut di sosial medianya banyak banget. Iyalah, namanya juga orang ganteng.”

Setelah kalimat itu, satu-satunya reaksi yang diberikan Anna hanya mengangguk. Kemudian kembali fokus pada lembaran kertas yang sempat terlupakan selama beberapa menit, cerita Desi sungguh membuat konsentrasinya memudar. Sementara itu, Desi terus saja tertawa karena isi pesan yang dikirimkan Naning kepadanya, hingga beberapa menit kemudian Desi kembali mengajak Anna berbicara.

“Na, bisa bantu gue nggak?” Desi menatap Anna penuh harap. “Lo, kan, jago bikin semacam karangan gitu. Bisa tolong bantu gue merangkai kata-kata buat memuluskan jalan gue meyakinkan Naning?”

“Maksudnya semacam kata-kata gombalan begitu?”

“Ya, nggak harus gombalan juga, sih. Semacam kalimat-kalimat cowok yang mengungkapkan rasa yang terpendam sama ceweknya gitu. Lo bisa, ‘kan?”

Anna menghela napas, “Naning lo buat baper, kayak nggak ada orang lain aja. Kalau nanti dia teriak-teriak nggak jelas, gue nggak tanggung jawab, ya.”

“Nggak apa-apa, seru kali, Na.”

“Oke, kasih gue waktu sepuluh menit.”

Lihat selengkapnya