Fajar berlalu. Cakrawala timur, perlahan mulai terbit. Cahaya matahari merasuk celah-celah rimbun dedaunan.
Taja menapaki terjal, menuruni curam setapak, menikmati pagi berembun. Hawa sungai air panas terasa menguap. Taja hampir lupa kejadian semalam di Istana Pusaka. Teringat saran Putri Alingga tentang goa bawah sungai.
'Mungkinkah goa itu benar-benar ada?' Apakah ada orang lain yang menemukan tempat itu sebelum aku?' pikir Taja.
Rasa penasaran berkecamuk di benaknya. Bukan hanya tentang goa bawah sungai. Tetapi Tajura. Benarkah sekuat ini terhubung dengan sosok itu.
'Jika bukan dia, lalu siapa sesosok yang selama ini menghantui mimpiku?'
Taja menapaki tepian sungai berkerikil. Airnya terasa hangat sampai ke tulang lutut. Namun ia dikejutkan oleh penampakan seseorang yang lebih dulu berada di tepi sungai air panas.
Taja melihat ke arah orang itu berdiri di sisi sungai. Orang itu pun melihat kedatangan Taja, segera ia memalingkan pandangan.
"Aku tidak ingin cari ribut!" kata Taja pada seseorang yang tidak lain adalah Raojhin. Praja muda yang selama ini menjadi pesaing Taja.
Raojhin memalingkan muka dengan sengit. Terbayang perseteruan mereka kemarin di bangsal pengobatan.
Taja memasang sikap acuh tak acuh, khawatir kalau-kalau Raojhin berlaku agresif dan menyerangnya lagi. Tetapi perkiraannya tidak benar, kali itu Raojhin hanya mematung selama berdiri di tepi sungai, sesekali melirik ia ke arah Taja tidak jauh darinya.
Taja melihat ke arah Raojhin sedang merendamkan kaki sampai sebatas lutut. Tampak luka-luka bekas terjatuh kemarin.
"Apa kamu baik-baik saja?" rupanya Taja memperhatikan seberapa banyak luka-luka di tubuh Raojhin.
"Tidak usah berempati. Aku sudah terbiasa seperti ini!" jawab Raojhin ketus. Mendengar itu, Taja kembali terdiam. Sembari melepaskan pakaiannya dan bertelanjang dada.
"Jika kamu ingin tahu siapa aku sebenarnya, akan aku tunjukkan!" balas Taja tanpa basi-basi. Tiba-tiba terbersit ide di pikirannya.
"Aku dengar ... kamu sangat pemberani dan satu-satunya praja yang berhasil mengangkat Sang Gendewa!" ujar Taja namun dirasa Raojhin suatu sindiran.
"Apa arti itu semua jika tidak menerima tantangan dariku?" senyum di ujung bibir Taja, memantik api persaingan.
Taja berhasil menyulut kembali perseteruan di antara mereka. Memancing tantangan dengan Raojhin. Ada sesuatu yang ingin dicapai Taja terhadap Raojhin.
"Ada apa denganmu, huh?!" Raojhin menampilkan raut muka dingin-dingin sebal. Terlalu kentara jika dia sangat tidak menyukai Taja sejak awal pertemuan di Tanapura.
"Aku sedang tenang-tenang saja, kamu malah menantangku?" cara Raojhin bersikap dan bertutur kata, sepertinya dia sulit berteman dengan siapapun.
"Bukan berkelahi. Tetapi berlomba denganku," Taja memperjelas maksudnya.
"Mau berlomba denganku?!" lanjut Raojhin, mulai tersulut emosi.
"Siapa lebih dahulu berenang sampai ke seberang, dia pemenangnya!" lanjut Raojhin.
"Bukan itu!" Taja menyanggah, "Siapa yang paling lama menyelam di dalam air, dialah pemenangnya!" ujarnya lantang. Memasuki permukaan sungai hingga batas pinggang.
"Huh, sial!" balas Raojhin kesal.
"Kita lihat, ada apa di bawah sungai?" lanjut Taja tanpa aba-aba, menceburkan diri hingga ke tengah sungai. Raojhin merasa tertantang, tanpa pikir panjang, ikut menceburkan diri.
Arus bawah sungai menyeret tubuh Raojhin. Tanpa kesulitan, menyusul bayangan Taja tampak remang-remang di bawah arus sungai. Air sungai terasa makin panas, seperti mendekati sumbernya.
Mendadak bayangan Taja menghilang, berkelebat cepat melesat terbawa arus bawah sungai. Raojhin pun terasa tubuhnya terhisap aliran yang kuat. Terlambat jika ingin kembali ke permukaan dan melawan arus.
Ketika mencapai permukaan, Raojhin mendapati dirinya di dalam ruangan rongga agak gelap, terdengar menggema suara gemericik air dari berbagai arah. Rongga yang besar itu ternyata ambang mulut gua.
Dengan perasaan asing bercampur kaget, Raojhin berusaha mencari-cari sosok Taja di sekitar gua. Khawatir kalau-kalau hanya dirinya yang sampai ke tempat itu.
Suara langkah kaki di depan sana, menyadarkan Raojhin bahwa Taja sudah sampai lebih dulu di tempat itu.