Jawata Kingdom Season 1

JWT Kingdom
Chapter #11

10. Mengusik Kegelapan

Keheningan gua terpecah derai tawa Raojhin yang panjang, puas sekali melampiaskan kekesalannya pada Taja selama ini.

"Tawamu jelek!" kesal Taja, lantas bangkit dari tempatnya tersungkur. Rasanya sekujur tubuh bergetar sampai ke tulang, setelah menghantam bebatuan dan kerikil tajam.

"Dasar manusia berkepribadian ganda!" gerutu Taja sembari tegak.

"Pendendam!" Taja mengomel sejadinya.

"Bicara apa kamu?" Raojhin cukup mendengarnya di sela-sela tawa yang belum usai.

"Senang di atas penderitaan orang lain?!" balas Taja, sejenak menatap tajam ke arah Raojhin.

"Bukan begitu!" Raojhin berdiri tegak di sana, "Aku juga kesakitan kemarin gara-gara kamu. Jadi sekarang kita impas!"

"Kejadian kemarin bukan aku penyebabnya, tetapi dirimu sendiri!" kata Taja tegas.

"Menyerang lawan dalam keadaan tidak siap, itu curang!" lanjut Taja.

"Dalam pertarungan nyata, tidak ada kata 'tidak siap', musuh sewaktu-waktu menyerang. Jangan sampai lengah!" Raojhin memiliki cara pandang sendiri.

"Baiklah!" Taja kembali tegak di posisinya sekarang. Menggapai bebatuan yang cukup tinggi.

Dua sosok berhadapan satu sama lain. Jarak di antara mereka terpisah puluhan batu besar.

"Hup!"

Taja melompati bebatuan satu demi satu. Sesekali salto.

"Hiaaaah ...!"

Tubuh Taja melesat cepat ke posisi Raojhin, menghantamkan jurus tinju bertubi-tubi dengan sekuat tenaga. Raojhin terdorong mundur, sibuk menangkis dengan pertahanan penuh. Manakala tangannya kewalahan menghela serangan, langkah Raojhin goyah, nyaris kehilangan keseimbangan.

Taja mendarat sempurna tegap. Rupanya Taja terlihat tidak sedang basa-basi lagi. Raojhin menyadarinya. Giliran dia merasa khawatir setelah tahu kekuatan tinju milik Taja ternyata di luar dugaan. Sampai pertahanan kuda-kuda Raojhin terseok.

"Kenapa? Sudah puas tertawa?!" tampak sosok Taja berdiri di sana.

Raojhin terdiam dan kembali memasang sikap kuda-kuda. Kemudian ia salto. Sekali lagi meluncurkan tendangan dengan tenaga lebih kuat dari sebelumnya. Tak kalah jurus, Taja pun mengerahkan tendangan ke arah Raojhin.

"Heaaah ...!"

Dua sosok berkelebat dalam remang-remang gua, beradu jurus tapak dan tendangan bertubi-tubi. Suara dua kaki beradu, memecah keheningan gua.

Taja berputar berkali-kali sebelum mendarat di bebatuan. Sedangkan Raojhin tidak cukup kuat menahan daya tendangan dari Taja. Tubuh Raojhin terpelanting ke atas dan membentur sesuatu yang keras.

Terdengar suara seperti kilat disertai percik-percik bunga api menyambar akibat benturan tubuh Raojhin ke dinding gua, kemudian terjerembab ke dasar bebatuan. Raojhin tergeletak. Hampir tanpa suara. Seketika Taja tersentak.

"Rao!"

Taja menghampiri Raojhin tergeletak di sana. Semakin terkejut ia, ketika memeriksa Raojhin berhenti bernafas.

"Rao! Sadarlah!" Taja menepuk-nepuk wajah dan dada Raojhin tergolek lemas. Tersadar, Taja kurang mengendalikan energi saat menyerang dengan tendangan. Sekarang terlanjur terjadi. Berkali-kali Taja menekan-nekan dada Raojhin.

"Uhugh ...!" akhirnya Raojhin terbatuk di sela-sela nafas tersengal.

"Rao!" Taja merasa lega, "Kamu membuatku takut!" Taja menghela nafas setelah melihat Raojhin kembali bernafas.

"Nnggh ... punggungku ... tersambar ... aaaagh ...!" Raojhin merintih tampak kesulitan memegangi bagian punggungnya sendiri.

Taja membantunya, setengah membalikkan tubuh Raojhin ke samping. Tampak bekas sedikit gosong di punggung Raojhin. Bajunya pun sedikit hangus dan panas.

"Apa ini?!" Taja tersentak, melihat apa yang terjadi pada punggung Raojhin.

Taja melihat sekeliling. Terakhir Raojhin membentur sesuatu. Ternyata itu bukan dinding. Hanya ruang gelap yang samar-samar membekas percikan api disertai suara gemertak sesuatu yang terbakar.

"Apa itu?!" Taja membantu Raojhin bersandar di bebatuan.

Taja berdiri. Lalu mengamati lebih seksama sesuatu di ujung sana. Sementara Raojhin mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga.

"Kakiku ...," Raojhin merintih.

Taja kembali mendekati Raojhin. Sebentar dipegangnya kaki Raojhin dan ....

Klek ...!

"Aarh ...!" Raojhin mengerang keras. Taja mengembalikan posisi tulang pergelangan kaki Raojhin yang sedikit keseleo. Raojhin merasakan ototnya lemas, sampai membungkuk merasakan kesakitan.

"Maaf, aku lupa mengurangi tenagaku," kata Taja merasa bersalah.

"Itu sebabnya aku tidak mau bertanding. Sewaktu-waktu, energiku bisa di luar kendali," lanjut Taja.

Lihat selengkapnya