Jawata Kingdom Vol. 03

JWT Kingdom
Chapter #2

102. Mata Pembinasa

"Rakhayatma!"

Taja sempat memanggil sisi lain Shiji Wungsu. Bersamaan dengan serangan amarah berwujud manusia berselimut pusaran angin dari tubuh Shiji Wungsu. Empat sosok lelaki itu dari penjuru arah, memukul telak tepat di ke arah Taja.

Taja menahan serangan yang muncul tiba-tiba, hanya dengan sebuah tapak bersatu di depan dada. Namun tak cukup menahan kekuatan serangan lawannya itu.

"Agh ...!"

Tubuh Taja terbanting ke rerimbunan pohon, melewati batas taman istana. Suara gaduh tubuh manusia terhempas dan tenggelam ke rerimbunan tanaman di antara pepohonan di sana.

Suasana hening. Wujud Shiji Wungsu berdiri kokoh. Sadar akan aksinya, menunggu kemunculan Taja setelah terakhir kali nampak terbanting ke sana.

Sunyi. Hening.

"Segitu saja kehebatan Praja Emas?" sindir telak Shiji Wungsu disambut angin semilir menghembuskan dedaunan pohon sekitar sana, memandang satu arah dimana Taja terpental dan menghilang ke rerimbunan.

"Seharusnya aku mengurangi kekuatanku," kata Shiji Wungsu sendirian.

Sejenak tak ada tanda-tanda pergerakan lagi. Shiji Wungsu barulah tersadar.

'Celaka! Bagaimana kalau dia mati?!' pekik cemas Shiji Wungsu. Tersadar bahwa serangannya melampaui batas wajar kemarahan biasa.

Terpikir kenapa pada Taja, seakan dia melampiaskan semua kecamuk dalam dirinya. Sebagai Rakhayatma dan Shiji Wungsu. Dua sisi karakter dalam dirinya sama-sama sedang di ujung gejolak amarah. Dan sekarang, ia benar-benar sadar diri, kenapa sampai sebesar itu termakan amarah dirinya sendiri. Sehingga orang lain terkena imbasnya.

"Taja?!"

Panggil Shiji Wungsu sambil bergerak ke arah rerimbunan di sana. Menyeruak dedaunan dan lebatnya pepohonan. Batas terjauh taman istana. Melewati itu, artinya jalur menyusup ke arah hutan.

Langkahnya terhenti di antara tetumbuhan dan pohon-pohon bisu.

'Kakak ipar ....'

Muncul suara memanggil dari arah tak tentu. Shiji Wungsu samar-samar semakin jelas mendengarnya.

'Kakak ipar ....'

Semakin terdengar bisik-bisik halus menyebut kalimat Kakak Ipar, seakan bersumber dari tetumbuhan sekitar dia kebingungan menangkap asal suara.

'Kakak ipar ....'

Suara berhembus lirih seiring angin. Bahkan seolah pohon di dekatnya sedang memanggil Shiji Wungsu dengan sebutan itu.

'Kakak ipar ....'

Krieeeet ... Krrrieeeet ...!

Suara retak ranting-ranting pohon, seperti ada beban berat sedang menggantung, tepat di bawahnya Shiji Wungsu berdiri.

"Hah!"

Terpekik Shiji Wungsu sampai-sampai terperosok mundur. Sesosok gelap menggantung terbalik di ranting-ranting pohon. Akar-akar mencuat dari seluruh tubuh sosok itu, kepalanya menghadap ke bawah.

"Siapa kamu?!"

Perlahan mundur langkah kaki Shiji Wungsu. Mengawas lurus tatap matanya pada sosok menggantung di atas ranting-ranting pohon.

Shiji Wungsu segera mengeluarkan sesuatu dari balik saku pinggangnya. Menghunus sebilah pisau tipis kecil jikalau sosok gelap menggantung itu akan menyerangnya.

'Kakak ipar ....'

Lihat selengkapnya