"Sallava."
Satu nama disebut. Shiji Wungsu tersentak ketika Taja mengucapkannya.
"Kamu percaya bahwa ... Sallava ... benar-benar ada?" kaget Shiji Wungsu, pembicaraan mereka beralih tentang Sallava. Shiji Wungsu sendiri menganggap kehadiran sosok dengan nama itu, angan-angan belaka. Nama hanya tinggal nama, tertinggal di kedalaman penglihatan mata batin Shiji Wungsu, sekarang tak ubahnya khayalan.
Shiji Wungsu merasa konyol di hadapan Taja yang lebih muda darinya. Bahkan ingin melupakan bahwa ia pernah mengatakan tentang Sallava pada Taja.
"Bayi laki-laki itu ... kelak akan menjadi Raja Agung Jawata," satu kalimat Taja membuat Shiji Wungsu terbatuk-batuk. Memerah rona wajahnya.
"Sallava. Raja yang hidup dalam tiga masa. Harapan dan impian banyak orang," lanjut Taja penuh yakin. Satu senyuman mewakili ketulusannya mengatakan itu.
Di saat Shiji Wungsu sudah tidak berharap lagi tentang Sallava, justru Taja mulai membicarakannya.
"Aku tidak sedang meledek, Tuan Shiji," ujar Taja melihat raut muka Shiji Wungsu merona merah muda.
"Aku sungguh melihat Sallava dari Dunia Bening milik Sekar Wening," ujar Taja yakin. Teringat kejadian saat bertemu Gadis Kakilangit itu, Taja sempat dipengaruhi Dunia Bening, tak sengaja mendapat penampakan sekilas tentang Raja Masa Depan. Sallava.
"Bayi itu, Sallava. Putra Tuan dan Sekar Wening," ujar Taja menyebut nama Sallava lagi. Shiji Wungsu tersipu sekaligus kaget sekian kali.
"Sungguh?" Shiji Wungsu tak percaya jika Taja juga meyakini seperti yang dilihatnya dari penampakan masa depan. Kemampuan mata batin Shiji Wungsu mengungkapkan semua itu.
"Benar. Aku melihat bayi lelaki itu dari mata Sekar Wening secara langsung," kata Taja mengungkapkan pengalaman ketika bertatapan dengan mata Sekar Wening. Kemarin ia meminta penawar Racun Merah. Saat itulah, Dunia Bening menunjukkan banyak hal, termasuk Sallava.
"Perawakannya seperti dirimu, Tuan Shiji. Rambutnya. Gaya berjalannya. Suaranya. Cara bicaranya. Ayah dan anak, seperti kembar. Tetapi kecerdasannya melampaui dirimu. Juga semua teknologi masa depan Jawata di bawah tandatangannya. Aku heran betul, dia sudah ada di masa 10.000 tahun ke depan, tetapi belum dilahirkan sekarang di masa kita saat ini. Itu yang membuatku bingung," tutur Taja sangat rinci akan penglihatannya tentang bagaimana Raja Masa Depan nanti. Sama persis, seperti itu juga, penglihatan Shiji Wungsu dari Dunia Bening.
"Benarkah sehebat itu, putraku kelak?" gumam Shiji Wungsu.
"Tak heran jika Tuan sangat mencintai Sekar Wening sehingga terobsesi. Aku bahkan lebih dari sekedar bermimpi bertemu dengan Sallava, beberapa kali. Kami saling berbicara, kami saling bercerita," lanjut Taja.
Shiji Wungsu melongo, mendengar penjelasan Taja.
"Jangan-jangan ... kau juga pelintas waktu," termangu, Shiji Wungsu mengucapkan itu, "Hanya pelintas waktu yang mudah bertemu dengan pelintas waktu lainnya."
"Entahlah, Tuan Shiji. Aku yakin, Raja Masa Depan, harapan turun temurun Mayapadhi, juga harapan Jawata, dia akan segera hadir di masa pemerintahan-mu," lanjut Taja semakin membuat Shiji Wungsu berbinar penuh harapan. Baru kali ini, ia bertemu dengan orang yang mendukung mimpi dan harapan Mayapadhi, Shiji Wungsu semakin dekat dengan sosok Taja.
"Sallava, raja harapan semua orang," ujar Taja, mengulas senyum tulus, "Jawata akan luar biasa di bawah namanya," kata Taja, berakhir dengan senyum Shiji Wungsu menanggapi hingga berkaca-kaca bola matanya. Seperti menemukan harta karun keluarga yang sudah lama hilang lalu ditemukan kembali setelah sekian lama terkubur.
"Benar ... kah ...?" Shiji Wungsu hampir tak dapat melanjutkan kalimatnya.
"Penampakan di air telaga waktu itu, adalah sebuah petunjuk. Itu bukan ramalan," kata Taja. Mendadak ia laksana penasihat yang lebih tua dari Shiji Wungsu.
"Penampakan telaga?" Lelaki Mayapadhi itu tertegun sebentar.
"Tuan melihat Wening dalam air, bukan?" tanya Taja mengingatkan Shiji Wungsu. Ia pun mengangguk.
"Itu petunjuk langka. Hanya terjadi saat itu saja. Telaga itu sekarang sudah normal kembali," kata Taja. Tak ingin percaya berlebihan. Tetapi cukup menyenangkan Shiji Wungsu.
"Aku pun melihat dengan kemampuan batinku, Aura Cahaya Hijau mengikat erat Tuan dan Sekar Wening," kata Taja, mengatakan tentang penglihatannya beberapa saat lalu ketika kejadian di Istana Wejangan.