"Bodohnya aku!"
Shiji Wungsu memaki diri sendiri. Di saat-saat genting, ia tersadar lalai. Tak disangka, Pedang Jantung Hati tanpa kendali dirinya, muncul begitu saja karena mendeteksi makhluk yang selama ini diburu para pendahulu Mayapadhi.
Bahkan sebelum Shiji Wungsu lahir, Pedang Jantung Hati sangat memburu makhluk itu. Antara sadar dan mabuk, rasa sesal mulai menyelimuti Shiji Wungsu.
"Kenapa aku minum arak?" kata Shiji Wungsu di tengah-tengah rasa bersalah. Menyadari kesalahan dan ceroboh.
Pedang Jantung Hati, melesat ke satu arah, pertanda ia sedang membutuhkan tuannya untuk bertindak. Tetapi sial, kondisi mabuk tak memungkinkan Shiji Wungsu mengendalikan pedang itu.
"Persekutuan Lima Pedang!" panggil Shiji Wungsu. Sekali lagi meniup serumpit pemanggil sekutunya.
"Pedang Pemburu ...!"
Shiji Wungsu mengikuti pedang merah menyala dan menyisakan jejak kilat api dan cahaya merah berbaur.
Pedang Pemburu. Julukan lain dari Pedang Jantung Hati milik Shiji Wungsu. Secara tiba-tiba muncul tanpa kendali tuannya. Pedang itu memiliki kemampuan supranatural untuk mendeteksi keberadaan mangsa gaib yang sudah lama diburu. Makhluk sejenis siluman, jin, atau makhluk gaib lainnya tak berkutik jika bertemu Pedang Pemburu.
"Tuan Mengikuti Pedang!" mantera sekaligus perintah dilontarkan Shiji Wungsu sembari berlari menuju sumber energi memancarkan rona merah di langit. Menandakan kekuatan magis tersembunyi dari musuh bebuyutan pedang itu.
"Setan Merah ... ternyata makhluk itu berdiam di sini ...," Shiji Wungsu lumayan kewalahan, mengikuti gerak gesit cahaya jejak Pedang Pemburu.
Taja berlari di belakang Shiji Wungsu, "Siapa yang Tuan maksud? Setan Merah?" sempat ia bertanya di tengah larinya mengekor Shiji Wungsu.
"Berhenti sebentar!" cegah Shiji Wungsu, menahan Taja, terpaksa berhenti. Kepala dan awas matanya menengadah ke langit-langit.
"Hati-hati ...," ujar Shiji Wungsu, memasang waspada. Ragu akan situasi. Terlebih-lebih makhluk Setan Merah dalam wujud apa di sana.
"Setan Merah ...," tegang Shiji Wungsu mengingat sejarah leluhur Mayapadhi terdahulu. Tentang sepak terjang mereka berburu Setan Merah.
"Makhluk itu ...," kata Shiji Wungsu menatap tegang ke satu arah. Tampak purnama di atas langit Tanapura pada Malam Bithari. Langit di atas sana, mengembalikan ingatan pada kisah terakhir tentang makhluk itu sudah lama menjadi buruan orang-orang Mayapadhi terdahulu.
"Makhluk itu ... Pemakan Tumbal Manusia," jawab Shiji Wungsu, melirik Sebentar pada Taja di sebelahnya.
Shiji Wungsu mengangkat kaki pelan-pelan. Satu taman terdekat di Istana Putri. Pepohonan berderet di sana, seolah purnama tepat bernaung di atasnya.
"Setan Merah, makhluk pemakan tumbal?" Taja mengulang apa yang disebutkan Shiji Wungsu.