"Sekar Wening mengincar Raojhin!" hardik Taja. Lorr En tak Juga tersadar dari kebutaan asmara terhadap Sekar Wening.
"Dia dalam kendali Setan Merah!" tegas Taja agar Lorr En segera sadar akan kelalaiannya.
"Shiji Wungsu akan menangkap makhluk itu," kata Taja singkat saja. Justru tak terduga, Lorr En semakin khawatir terhadap gadis itu.
"Setelah itu, apakah Sekar Wening akan terbebas?" tanya Lorr En lagi.
"Shiji Wungsu tidak akan menyakitinya, 'kan?" sangat cemas, Lorr En memastikan keselamatan Sekar Wening.
"Aku tidak tahu cara kerja Pedang Pemburu. Biarkan Shiji Wungsu menanganinya," jawab Taja tak sabar.
Sementara di sisi lain, Shiji Wungsu bergerak sendirian. Menerobos gelap rerimbunan pohon. Sesekali kedua matanya menangkap sekelebat selendang merah di antara gelap malam dan rimbun pepohonan di perbatasan taman istana dan jalur hutan.
Kembali Shiji Wungsu memasang sikap dua jemari saling bertemu, menempel di depan kening. Serius terpejam kedua matanya, seketika penglihatan batinnya muncul menggantikan mata fisiknya.
"Pedang Pemburu!"
Pekik Shiji Wungsu memanggil pedangnya segera beraksi kembali. Pedang Pemburu disertai kilatan merah berbaur api, muncul tepat di atas Shiji Wungsu berdiri.
"Pedang Pemburu! Tanpa belas iba. Taklukkan setan-setan. Taklukkan kegelapan tersembunyi. Tanpa batas rasa takut dan lemah."
Kalimat itu berlangsung terucap dalam batin khusyuk Shiji Wungsu, sejenak bersatu dengan Pedang Pemburu.
Selanjutnya, Pedang Pemburu memancarkan udara panas dan merah terang. Wujud bening tembus pandang, perlahan menampakkan fisik pedang berkilat api.
Gerak langkah pelan-pelan mengikuti Pedang Pemburu mendeteksi keberadaan Setan Merah berwujud Gadis Merah. Tak disangka, di atas Shiji Wungsu berdiri, tiba-tiba Pedang Pemburu menghadap ke bawah persis ke tubuh Shiji Wungsu sendiri.
Sepasang tangan dengan sepuluh kuku jemari runcing, muncul dari belakang kegelapan, nyaris memeluk Shiji Wungsu. Namun lelaki itu refleks seketika berbalik badan lantaran terasa ada hembusan angin dingin dari belakang leher dan punggungnya.
"Makhluk jahat, menyerahlah!" perintah Shiji Wungsu, bernada mengancam pula. Ia mengarahkan jemarinya siap dikendalikan kapanpun untuk menyerang.
"Kali ini, aku akan menangkapmu!" penuh yakin dan percaya diri, Shiji Wungsu mengejar setiap suara gemersik yang muncul di sekitar.
"Hmm ... Arak Seroja. Lelaki Mayapadhi yang mabuk. Sebesar itukah kekecewaan hatimu?"
Suara-suara lirih silih berganti mengganggu konsentrasi. Membuat Shiji Wungsu berputar-putar badan saja. Namun hanya suara-suara dalam kegelapan kosong setiap kali ia menoleh ke segala arah dari depan, belakang, sisi kanan dan kirinya.
"Shiji Wungsu Sabha ...."
Kali ini suara lirih berbisik seiring angin berdesir di leher. Rengkuhan sepasang lengan bajunya merah, memeluk dari punggung Shiji Wungsu.
"Betapa besar kamu menyukaiku?" sangat dekat suara itu lagi, tanpa jarak, persis di belakang leher dan tiba-tiba kuatnya pelukan kedua lengan Gadis Merah mengejutkan Shiji Wungsu.
"Bagaimana Pelukan Malam-ku?"
Shiji Wungsu tersentak. Tiba-tiba terasa sesak di dada dan lehernya akibat terhimpit pelukan lengan gadis bergaun merah. Lehernya mendadak kaku untuk sekedar menoleh ke belakang. Sempat melirik ke belakang, terasa gerai rambut panjang merah terkena angin, mengenai pundak dan leher Shiji Wungsu. Sementara nafas dan aroma Gadis Merah sangat anyir darah segar.
"Lepaskan!" hardik Shiji Wungsu, sekuat tenaga menghentakkan jemarinya sejak tadi bersiap-siap untuk menyerang.
"Pedang Pemburu!" teriak sekuat tenaga, Shiji Wungsu dalam rengkuhan peluk Gadis Merah. Kilat menyala merah berbaur asap api dari wujud Pedang Pemburu, melesat lurus dari atas kegelapan langit-langit dan menyambar Gadis Merah tanpa waspada sebelumnya.