Woooarghh ...!
Jerit malam. Pekak kesunyian. Taja dan Lorr En mendengar suara-suara yang sama, berasal dari gelapnya pepohonan perbatasan taman istana dan jalur menuju hutan.
"Ke sana!" seru Taja.
"Suara apa itu?" penuh waspada, Lorr En mengikuti Taja berlari. Mereka berdua sesegera mungkin menuju sumber jeritan.
"Shiji Wungsu!" pekik Taja, menduga-duga jika Lelaki Mayapadhi mungkin sedang dalam keadaan darurat.
Benar saja. Shiji Wungsu tampak terseok-seok langkah kakinya. Bertahan setengah tegak. Di hadapannya, menggeliat seekor makhluk bercakar dan meraung-raung seperti macan.
"Apa itu?!" Lorr En menyongsong ke posisi Shiji Wungsu.
"Hati-hati!" Shiji Wungsu melihat Taja dan Lorr En datang, segera memperingatkan mereka.
"Makhluk itu jadi-jadian!" lanjut Shiji Wungsu.
Disaksikan mereka bertiga, makhluk jadi-jadian itu merangkak, lalu berdiri setelah menggeliat dan meronta kesakitan.
"Dia ...?!" Taja mendelik, melotot kedua matanya melihat makhluk itu berubah wujud, menjelma sebagai sosok Raghil. Sama seperti Taja, Lorr En pun ternganga tak percaya.
"Praja Kakilangit ...?!" Taja dan Lorr En segera antisipasi kalau-kalau kemungkinan terjadi selanjutnya.
"Bukankah dia, praja pengawal Sekar Wening?!" Lorr En pun tiba-tiba tegang mengingat Praja Kakilangit itu bersiaga.
"Raghil ...?!" Taja menyebut nama praja itu. Tak percaya jika sosok jadi-jadian serupa macan, menjelma sosok Raghil.
Kraaaaagh ...!
Sosok Raghil menjerit lantang. Taring dan moncong di wajahnya terpecah. Tubuhnya pun membengkak lalu terkoyak. Muncul makhluk lain dari dalam tubuhnya. Makhluk berwujud gundukan besar, menjulur belalai-belalai berduri dan bersisik.
"Hati-hati!" Shiji Wungsu berseru kepada Taja dan Lorr En. Makhluk semula menyerupai macan, berubah bentuk lain tidak wajar.
"Makhluk apa itu?!" belum usai terkejut, Taja dan Lorr En segera mundur.
Shiji Wungsu berkonsentrasi sejenak dalam alam batin. Melalui cara itu, ia mencari tahu kira-kira makhluk apa yang sedang dihadapinya.
Jauh di kedalaman jiwa Shiji Wungsu, bersua dengan jiwa-jiwa para pendahulunya.
'Makhluk apa itu?'
Tanya Shiji Wungsu mendalami batinnya sendiri. Kemampuan supranatural dari jiwa terdalam. Jasadnya berdiri tegap. Kedua lengan bertekuk siku, tapak tangan saling berhadapan menyatu. Kepala tertunduk. Mata terpejam erat. Jiwa memasuki fase inti batiniah. Menghadirkan hati dengan khusyuk memasuki alam ruhani.
Gerai rambut panjang Shiji Wungsu tergerak oleh semilir angin lembut. Rambutnya menjelma ribuan bisik-bisik. Darahnya mengalir penuh kata. Tarikan nafas menjadi inti komunikasi antara dirinya dan alam ruhani.
'Shiji Wungsu ....'
Bisik-bisik dari kedalaman jiwa memanggil namanya.
'Inti jiwa adalah hati. Inti hati adalah relung hati. Satu titik relung hati memancarkan rahasia-rahasia cahaya keilmuan tertinggi. Cahaya keilmuan tertinggi mencapai kedekatan ilahi.'
'Shiji Wungsu ....'
'Hatimu keruh ....'
'Bertaubatlah ....'
'Jiwamu rapuh....'
'Perbaikilah ....'
Bisik-bisik memerintah Shiji Wungsu, tersadar akan dosa-dosanya.
'Manusia Salih, bukan berarti tak pernah melakukan dosa.'
'Namun setiap kali seorang Salih melakukan dosa dan kesalahan, segera bertaubat dan memperbaiki diri ....'
'Makhluk gaib yang kau hadapi, bukan dari jenis manusia.'