Kami sampai setelah setengah jam diperjalanan. Ketiga pria ini membawaku masuk ke sebuah gedung besar mirip apartemen yang cukup megah. Tempat ini terlalu sepi, bahkan aku tidak melihat siapa pun berada di tempat ini selain kami berempat.
Mereka membawaku sampai ke lantai 8 gedung dan masuk ke dalam ruangan nomor 102. Aku langsung teringat kamar rumah sakit tempat Ayahku dirawat dengan nomor yang sama.
Saat kami masuk ke dalam ruangan, sudah ada 10 orang yang duduk di sofa, ada 7 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang masih terlihat muda. Mereka sedang berbicang dengan gaya bangsawan kelas atas sambil meminum wine yang terlihat mahal. Aku memandang mereka satu persatu, ini bukan hal yang biasa aku lihat. Ini sangat langka bagiku, hal semacam ini hanya ada di film-film yang pernah aku lihat sebelumnya.
“Kurosawa, kau membawa orang baru rupanya ?” ucap salah seorang pria yang duduk di kursi utama. Pria itu mengenakan setelan kemeja berwarna biru muda dan celana hitam, dasinya masih terpasang longgar di lehernya, ia memegang gelas bersisi minuman keras yang dituangkan wanita muda di sampingnya.
“Pak Kimura, saya membawa anak muda yang ingin bergabung dengan kita !” ucap Pak Kurosawa yang berdiri di sampingku.
“Ayo anak muda, silahkan duduk. Jangan gugup begitu, anggap saja rumah sendiri. Kita semua di sini keluarga, benar bukan ?”
“Hahaha…benar sekali…” sambut yang lain sambil tertawa keras. Ruangan ini di penuhi bau alkohol, membuatku benar-benar ingin muntah. Aku tidak tahu kehidupan orang-orang kaya bisa menjijikkan seperti ini.
“Baiklah, siapa namamu anak muda ?” tanya pria itu, dia tersenyum kearahku.
“Hayato Sano” jawabku singkat dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
“Hayato Sanov? hem…berapa usiamu ? apa kau masih sekolah ?”
“Usiaku 18 tahun dan aku masih kelas 3 SMA”
“Kau masih sangat muda rupanya ? berani sekali datang ke tempat ini, bagaimana orang tuamu ?”
“Orang tuaku tidak tahu, lagi pula aku tidak peduli, aku hanya ingin mendapatkan uang secepat mungkin !”