Je t'aime Papa

Adlet Almazov
Chapter #16

Pesta Ulang Tahun Ai

“Sano !” seru Nenek Franklin melambaikan tangan. Aku membalas lambainya sambil melempar senyum.

Siang ini, seperti biasa Nenek Franklin mengantarkan makan siang untukku dan Kakek Franklin ke kebun anggur. Nenek yang meskipun sudah tua, namun kekuatannya tidak bisa diremehkan. Nenek membawa bungkusan makan siang sembari menggendong Ai yang sudah semakin berat.

“Ayo kita makan siang dulu !” ucap Paman Duncan yang juga didatangi istri dan putri bungsunya yang seumuran dengan Ai. 

Aku menyeka keringat yang mengalir dari ujung kepalaku dengan handuk kecil. Langkak kakiku berhenti tepat di hadapan Nenek Franklin, aku langsung meraih Ai dan mendekapnya. Sudah berapa lama aku melakukan ini ? memeluk dan menciumnya setiap kali kami bertemu, aku merasa ia adalah putriku entah bagaimana.

Nenek Franklin menyiapkan makan siang yang akan kami santap bersama, kakek Franklin menggelar karpet yang kami jadikan alas untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan yang sangat menguras tenaga ini. 

“Ayo kita makan ! sepertinya Nenek masak makanan lezat hari ini !” kata Kakek menggoda Nenek seperti biasa.

“Jadi selama ini masakanku tidak lezat ?” balas Nenek dengan candaan khasnya yang sedikit tajam. Aku yang melihat adegan romantis ini hanya bisa tertawa kecil. 

“Boleh kami bergabung ?” tanya Paman Duncan yang datang bersama istri dan putri bungsunya.

“Tentu saja Duncan, ayo kita makan bersama" jawab Kakek. Paman Duncan langsung mengambil tempat di samping Kakek, sementara istrinya membuka bekal yang ia bawa dari rumah. 

“Hari ini Veronica membuat roti yang lezat, roti buatannya yang paling lezat di dunia ini” puji Paman Duncan membanggakan istrinya yang hanya diam sambil tersipu malu. 

“Roti buatan Margaretku lebih lezat, ayam panggang buatannya juga tidak ada tandingan” balas Kakek tidak mau kalah. 

“Siapa bilang ? ayam panggang buatan Veronica yang paling lezat"

“Hai kalian sudahlah, ayo makan saja dengan tenang. Apa kalian tidak malu pada Sano ?” tegur Nenek Franklin. Aku yang awalnya tidak terlalu keberatan dengan perdebatan kedua pria ini, terpaksa melempar tawa aneh dan berharap mereka bisa asal menebak pikiranku.

Kakek Franklin dan Paman Duncan memandangku sejenak, kemudian mereka saling menatap sebelum akhirnya, keduanya diam dan menikmati makanan yang ada di depan mereka. 

“Sano, kapan ulang tahun Ai ?” tanya Nenek Franklin. Aku yang asyik menikmati makanan langsung berhenti, bukan karena terkejut dengan pertanyaan nenek. Melainkan karena aku juga tidak tahu kapan anak ini lahir.

“Ai…ulang tahunnya…” jawabku tergagap sambil berpikir keras. 

Aku ingat bahwa aku membawanya saat umurnya sekitar 3 bulan dan saat itu musim panas, berarti benar, seharusnya bulan Mei Ai ulang tahun, tapi tanggal berapa ? mana aku tahu. Aku berpikir sambil terus menerka-nerka tanggal berapa Ai lahir.

“Sano, ada apa ?” tanya Paman Duncan.

Lihat selengkapnya