Je taime Papa

Adlet Almazov
Chapter #4

Aku Dan Sebuah Penyesalan

"Ayah..."

Aku terbangun dari tidur, aku benar-benar ketakutan. Entah mengapa aku teringat kejadian itu lagi, kejadian yang benar-benar ingin aku lupakan. Kejadian yang membuat sikap Ayah berubah, kejadian itu, membuat dia seolah menjauh dariku.

“Hayato...di sini kau rupanya ?” tanya Kawaguchi teman sekelasku.

Aku masih terdiam, kehilangan kata-kata untuk memarahinya karena sudah mencariku ke tempat ini. 

“Hayato, kenapa kau terdiam seperti itu ?” tanya Kawaguchi yang sudah berjongkok tepat di hadapanku.

“Ada apa ?” tanyaku dengan suara pelan, setelah berteriak-teriak membuat tenggorokanku kering.

“Aku hanya ingin memberitahumu, Ayahmu masuk rumah sakit !”

“Apa ?”

“Kau mendapat telepon dari tetanggamu yang memintamu untuk pulang, tapi kau tidak ada di mana-mana, semua orang mencarimu” jawabnya, aku tidak merespon semua ucapannya dan masih terdiam seperti orang bodoh.

“Hai Bung, kau dengar tidak ? Ayahmu masuk rumah sakit, apa kau tidak cemas ?”

“Biarkan saja"

“Apa ?”

“Biarkan saja, kau sebaiknya cepat pergi dari sini karena aku ingin melanjutkan tidurku !” Jawabku seolah tidak peduli sama sekali.

“Apa kau ini sudah gila ? kenapa kau tidak khawatir dengan keadaan Ayahmu ? lebih baik kau cepat pulang dan lihat Ayahmu…”

“Bukkk….” Aku terpaksa melayangkan tinju ke wajah si bodoh yang berani ikut campur dalam masalahku dan sok menasehati, aku benar-benar benci dengan orang seperti dia.

“Hei…kau gila ? kenapa memukulku ? kau pikir kau ini siapa ?” teriaknya sambil membalasku dengan pukulannya hingga membuat sudut bibirku berdarah.

“Diam kau dasar brengsek…urus saja urusanmu sendiri, sialan !” teriakku memakinya sambil terus memukulnya.

“Ada apa itu ?” suara teriakanku terdengar sampai ke kelas yang tidak jauh dari tempatku dan si brengsek ini berkelahi.

“Sepertinya ada yang berkelahi !” 

“Benarkah ? siapa ?”

“Bukankah itu Hayato Sano ? murid kelas 3-D ?”

“Ah… iya benar, dia memang sering berkelahi" ujar anak-anak perempuan yang berkomentar melihat perkelahian di hadapan mereka.

Hampir semua murid berhamburan keluar kelas mereka masing-masing hanya untuk melihat perkelahian antara berandal sekolah, tak terkecuali Kurumi Itagaki, yang ikut melihat dengan tatapan sedih.

Aku dan si bedebah ini terus saling pukul sampai seorang guru berhasil memisahkan kami dan membawa paksa kami keruang guru untuk disidang. Para guru yang berada di ruangan itu langsung memandangiku dengan tatapan benci. Ya, aku tahu persis bahwa mereka sangat tidak suka dengan sikapku.

Lihat selengkapnya