Je taime Papa

Adlet Almazov
Chapter #15

Kisah Ribuan Tahun Lalu

“Ayah, bukankah Ayah sudah berjanji mau mengajakku melihat bunga sakura ?” tanyaku pada Ayah yang kulihat sedang sibuk membetulkan televisi yang sudah rusak sejak kemarin.

Aku berjongkok di samping ayahku yang nampak tenang, seperti tidak menghiraukanku sama sekali. 

“Ayah !” aku kembali merengek. Masih jelas kuingat janji ayah pada akhir musim panas tahun lalu bahwa ayah ingin membawaku melihat bunga sakura di tempat yang biasa ayah datangi saat masih kecil bersama kakek. 

Waktu itu ayah bilang bahwa ayah dan kakek pernah mengubur kotak harta karun bersama, tepat di samping pohon sakura yang tinggi dan ayah sudah berjanji akan mengajakku ke tempat itu saat bunga sakura tahun ini mekar.

Ayah ?” aku kembali memanggilnya dan tetap tidak ada jawaban dari mulutnya, aku tidak mengerti mengapa ayah menjadi begitu dingin sejak kecelakaan itu.

Aku memandang kaki kanan Ayahku yang sudah menghilang dari telapak kaki hingga lututnya. Sejak kecelakaan itu, aku tidak mau melihatnya, itu membuatku takut karena masih terbayang jelas hal mengerikan hari itu.

“Hayato-kun, jangan ganggu Ayahmu. Pergi bermain di luar !” pinta Ibu sembari membawa nampan berisi the untuk Ayah.

“Tapi, Bu ?” aku kecewa, karena ayah sudah berjanji padaku dan aku sudah lama menantikannya untuk menggali kembali kotak harta karun yang diceritakan ayah. 

Aku memandang punggung ayah yang duduk membelakangiku, berharap ia mengatakan sesuatu untuk mengobati rasa kecewaku. Namun, ayah tetap sama, membisu. 

“Pergilah bersama Aki dan Sora, Ibu akan memberikanmu uang jajan” ucap Ibu dengan tatapan sendunya, Ibu selalu menunjukkan tatapan seperti itu jika sedang membujukku, Aki dan juga Sora.

Aku terdiam, sungguh aku tidak bisa mengerti keadaan yang sangat tidak bisa kuterima. Selama ini, ayah selalu menepati janjinya padaku, ayah tidak pernah ingkar apalagi berbohong, ayah tidak pernah mengabaikanku. Tapi kenapa ? apa yang salah ? kenapa ayah seperti menjauh dariku ?

“Tidak mau, aku mau pergi bersama ayah, pokoknya aku mau pergi. Ayah sudah berjani, Ayah bilang kalau laki-laki selalu menepati janjinya” teriakku histeris, Aki dan Sora yang semula bermain di halaman langsung masuk ke dalam rumah setelah mendegar teriakanku.

“Jangan begitu Hayato-kun, Ayah tidak bisa pergi. Mengertilah !” pinta Ibu dengan suara lembutnya yang selalu ia jadikan senjata untuk membuatku luluh.

“Tidak mau, aku mau pergi !” tangisanku semakin menjadi, aku akan melakukan cara apa pun sampai keinginanku dituruti.

“Ibu, ada apa ? Hayato kenapa ?” tanya Aki.

“Aki, tolong bawa adik-adikmu bermain di luar ya ?” pinta Ibu, kali ini Ibu menggunakan Aki.

“Kenapa dia merengek seperti itu ?”

Lihat selengkapnya