Seorang laki-laki menyugar rambutnya di depan café, rambutnya sedikit berantakan akibat tergesa-gesa berlari. Keringat sebesar jagung menetes di dahinya. Menambah kesan maskulin laki-laki yang masih memakai seragam SMA itu. Matanya menjelajahi bangku café yang di pijakinya sekarang. Senyumnya mengembang ketika melihat Kliennya sudah datang. Dia juga sedikit menyesal karena telat.
“Mbak Khansa?” laki-laki itu bertanya pada seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya.
Melihat dari dekat seperti ini dia jadi ragu. Apa benar ini clien yang disebutkan oleh temannya itu? lihat dari ciri-cirinya sih memang benar, berwajah cantik, berambut panjang dan memakai baju merah. Hanya saja dia tidak terlihat seperti wanita yang akan menikah.
“Iya?”
“Boleh duduk disini?” belum sempat perempuan itu mempersilahkan laki-laki yang tidak di ketahui namanya oleh perempuan itu sudah duduk di kursi sebrangnya. Perempuan itu jadi bingung sendiri dengan laki-laki aneh di depannya.
Laki-laki itu tiba-tiba menyodorkan tangan kepadanya. Seketika perempuan yang di panggil Khansa oleh laki-laki itu sedikit paranoid. Apalagi ini baru pertama kalinya dia menginjakkan kaki di café ini.
Melihat gelagat kliennya yang ketakutan dia lantas berbicara, “tenang aja mbak saya adalah orang suruhan dari agent property yang mbak Khansa pesan.”
“Perkenalkan saya Rafa, Rafael Anwar. Mbak Khansa kan?” Sekadar memastikan jika perempuan itu memang kliennya.
Perempuan yang bernama Khansa itu mengangguk dan mencoba menjabat tangan laki-laki yang bernama Rafa itu dengan ragu-ragu.
Rafa tersenyum setelah uluran tangannya di terima, halus batin Rafa. “Begini mbak, karena owner yang sekaligus teman saya itu berhalangan hadir maka saya yang menghadiri rapat kali ini.”
Khansa memandang Rafa dengan tatapan aneh. Rafa yang sadar akan kostumnya belum berganti seketika meminta maaf. “Ah iya maaf ya mbak saya dari sekolah langsung kemari karena takut mbak menunggu lama.”
Rafa mencondongkan tubuhnya mendekat kepada khansa. “Kalau pulang dulu saya takut dimarahi papa mbak.” Bisik rafa dengan jarak yang dekat dengan Khansa seolah takut jika ada yang mendengar ucapannya.
Rafa kembali mendudukan dirinya di kursi ketika melihat wajah Khansa yang terlihat risi. “Baiklah mbak saya minta maaf sebelumnya karena sudah membuat mbak menunggu.”
“Tadi di sekolah saya mendapatkan tugas tambahan, biasa lah mbak anak muda hehehe.” Canda Rafa yang membuat lawan biacara tidak tertawa sama sekali.
“Gak lucu ya.” Rafa jadi garuk-garuk kepalanya sendiri.
Dia jadi bingung dengan klien yang baru di temui nya kali ini. Kliennya ini tidak seperti klien lain. Jika biasnya Rafa akan berhadapan dengan klien yang cerewetnya minta ampun, atau juga permintaan klien nya yang biasanya aneh-aneh. Kali ini klien nya itu cenderung pendiam, membuat Rafa bingung.
Jujur awalnya Rafa kaget melihat perempuan yang seperti masih seumuran itu bisa menjadi kliennya. Kalau ingin Rafa sih jadi pacarnya saja hehehe.
“Baik mbak seperti yang telah disepakati sebelum nya dnegan teman saya yang merupakan owner itu blab la bla.” Rafa nyeorocos seperti mercon yang siap di sudah di bakar habis-habisan.
Rafa bahkan tidak melihat jika ekspresi Khansa yang sedari tadi hanyalah bengong dan mengernyitkan dahi. Sebenarnya apa yang orang di depannya ini bicarakan dia sama sekali tidak mengerti, bahkan apa yang dibiacarakannya pun Khansa tidak paham sama sekali.
“Ini adalah desain yang sudah kami buat sebelumnya, sesuai keinginan mbak yang ada kolam renang beserta sebuah taman, tetapi ini masih untuk rumah yang kecil jika memang untuk ukuran besar kami bisa kemblai membuat desainnya, kalau begitu mbak mau desain yang seperti apa biar kami yang buatkan. Yang ada taman belakannya dengan kolam renang seklaigus, untuk kolam renang pun yang terpapar sinar matahari atau tidak atuu-“
“Tunggu.” Sela Khansa yang membuat Rafa menghentikan ocehannya.
“Kamu-.”
“Mbak tenang aja percayakan saja semuanya kepada kami pasti akan beres dan aman terkendali.”
“Bukan itu maksud saya.” Khansa kembali menocba menyela Rafa.
Rafa menunggu apa yang akan di biacarakan klien nya ini. Dia sedikit was was jika klien ini akan membatalkan proyek kerja samanya. Bisa di bantai dia oleh Awi. Bisa kacau kalua begini. Rafa jadi gelisah sendiri di tempat duduknya.
“Mbak masih tidak paham dengan apa yang saya ucapkan tadi?” pertanyaan Rafa langsung di jawab gelengan oleh Khansa.