Jealous

Hasrizu
Chapter #2

Bab 1 Rafael Anwar Tanubrata

Rafa melihat ke arah jendela dimana orang itu masih ada disana dengan klien nya. Rafa tersenyum dan hanya di balas dengan tatapan tajam orang yang selalu Rafa hargai itu. 

Sidang dimulai!!

Sejenak Rafa terdiam di depan parkiran kafe tempatnya bertemu dengan klien. Rafa tahu Papanya itu masih memandanginya dari jendela kaca.

Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponselnya. 

Ditaktor :

Langsung pulang!!!

Dasar ditaktor, gumam Rafa dalam hati. Rafa menghidupkan mesin motornya dan berlalu dari sana setelah membayar parkir. 

Drttt 

Sejak tadi saku celana Rafa terus bergetar, menandakan ada panggilan masuk, Rafa menoleh sekitar. Sialnya tidak ada tempat untuk berteduh, masa Rafa harus diam di pinggir jalan dan menganggkat telepon itu.

Ohh tidak mau di taruh dimana muka Rafa, dan Papanya yang penuh dengan pencitraan itu. Mengingat Papanya, Rafa jadi teringat kali pertama Papanya memarahi Rafa karena masalah sepele. 

Flashback 

“Kak ayo main robot-robotan.” Ajak Rafa kecil kepada kakak pertamanya—Dafa, yang hanya diam dan menggelengkan kepalanya sebagai tanda tidak ingin di ganggu.

Rafa maklum kesenangan mereka berbeda, kakaknya itu lebih suka membaca buku daripada menemaninya bermain robot-robotan. Apalagi usia mereka terpaut cukup jauh—tujuh tahun. Begitu juga dengan kakak perempuannya yang terpaut lima tahun. Perbedaan inilah yang membuat Rafa merasa tidak bisa membantah ucapan kakak-kakaknya. 

“Dek main yuk.” Ajak Hafa—menghampiri Rafa yang sedang cemberut. Rafa menurut saja ketika kakak perempuannya itu mengajaknya ke kamar bernuansa pastel. 

Sesampainya disana kakaknya—Hafa, memberikan sebua boneka barbie kepada Rafa, “kak aku kan cowok masa main boneka begini.” Meski usia Rafa menginjak empat tahun, Rafa sudah tahu kesukaannya sendiri dan boneka adalah mainan perempuan. 

“Sudah deh gak usah banyak protes.” Hafa meninggalkan Rafa sendirian di kamar karena dia ingin membawa cemilan ke kamarnya.  

Tidak tahu harus berbuat apa, Rafa mengambil sebuah gunting yang ada di sudut meja. Rafa mulai menggunting rambut panjang barbie yang di pegangnya itu menjadi pendek seperti seorang laki-laki.

“Nah kalau gini aku jadi mau main sama kak Hafa.” Rafa menatap puas hasil karyanya itu dengan bangga dan ingin segera di tunjukkan pada kakaknya. 

“Kak.” Mata Hafa membola, tubuhnya yang akan masuk ke kamar jadi terhenti melihat Rafa yang berdiri di hadapannya, memegang barbie kesayangannya dengan rambut yang aneh.

Hafa melihat ke bawah—arah tangan Rafa yang terdapat gunting. 

“RAFFAAA.” Teriak Hafa kencang membuat Rafa melepaskan barbie serta gunting di tanggannya dan segera, menutup kedua telinga dengan tangan kecilnya. 

“Ada apa ini?” tanya Dafa yang datang tergopoh-gopoh ke kamar adiknya di lantai atas.

Bukannya menjawab Hafa hanya menunjuk Rafa dengan tatapan tajamnya. Rafa jadi mundur selangkah karena takut dengan kakaknya itu. 

Dafa menghampiri Rafa yang terus mundur, “ada apa sebenarnya Rafa?” 

Bukannya tenang Rafa semakin takut, apalagi mendengar suara datar kakaknya, “a-ku.”

“Hiks hiks hikss.” Rafa yang menangis membuat keadaan semakin runyam. Hafa malah menarik Rafa untuk turun ke bawah menemui ibunya. Dia sangat kesal dengan Rafa yang hanya bisa menangis dan tidak mau bertanggung jawab. 

“Ada apa ini?” tanya Mama Irene heran melihat anak-anaknya, yang satu terlihat kesal, satu lagi menangis, dan yang satu lagi tetap cuek. 

Hafa melepaskan cengkramannya, “nih Ma, masa Rafa gunting rambut barbie kesayanganku.” Adu Hafa kepada Mamanya. 

Lihat selengkapnya