JEBAKAN MAYA

YUYUN BUDIAMAN
Chapter #8

PEMECATAN SANG MANAJER

Gedung perusahaan PT Menara Adikarya berdiri megah di pinggir Jalan Soekarno Hatta. Gedung berlantai enam itu dirancang dengan konsep arsitektur fasad. Gaya arsitektur ini antara lain ditandai dengan penggunaan jendela-jendela kaca yang besar dan sistem ventilasi yang fungsional. Desain ini memungkinkan eksposur maksimal gedung terhadap cahaya matahari, udara, dan pemandangan sekitar.

Di gedung itu, Gani bekerja sebagai manajer keuangan. Di luar perkiraan sebelumnya, posisi ini diperoleh Gani dengan mulus tanpa perlu bersusah payah lagi bersaing dengan Irsyad. Kandidat manajer keuangan yang merupakan saingan beratnya itu telah tewas dalam suatu kecelakaan yang misterius. Begitu misteriusnya kasus itu sehingga sampai saat ini pihak kepolisian belum menemukan pelaku peledakan yang menewaskan Irsyad. Saat pemakaman koleganya itu, istri Irsyad, Siska Saskia, menangis dalam pelukan Gani. Wanita itu tidak tahu kalau Gani adalah "musuh" Irsyad dalam pertarungan memperebutkan jabatan. Siska hanya tahu kalau Gani masih sahabatnya Irsyad. Ia sendiri adalah mantan pacar Gani sebelum Irsyad melamarnya menjadi istri. Saat pemakaman, Gani menampakkan bela sungkawa yang mendalam. Tapi, ketika Siska berada dalam pelukannya, diam-diam Gani merasa terangsang.

Dukacita yang ditujukan Gani saat pemakaman, alih-alih memperoleh simpati dari teman-teman sekantornya, malah menimbulkan ejekan dari para koleganya itu. Mereka tidak percaya Gani bersedih atas kematian Irsyad.

Pagi itu, Gani sampai di pelataran parkir pukul 8.20, terlambat 20 menit dari waktu masuk kerja seharusnya. Setelah menekan tombol kunci mobilnya, Gani berjalan perlahan dan agak gontai. Selama bekerja di perusahaan itu, baru pertama kali ini ia merasa malas memasuki kantornya. Sebelum memasuki lobi, ia menengadahkan mukanya, memandangi gedung berlantai enam itu. Pandanganya naik sampai ke lantai terakhir. Di sana, para petinggi perusahaan seperti Chief Executive Officer dan direktur lainnya berkantor. Sejak hari pertama bekerja di perusahaan itu, Gani sudah membayangkan suatu saat kelak ia akan menempati salah satu ruangan di lantai itu, duduk sebagai jenderal yang sibuk memberi komando pada jajaran manajer yang berada di bawah jabatannya. Sang jenderal akan dikelilingi para sekretaris cantik yang selalu siap mendampinginya melakukan perjalanan bisnis ke mancanegara atau sekedar menemaninya makan malam. Setiap kali sebelum memasuki lobi, ia akan melakukan hal yang sama. Menengadahkan muka dan mengarahkan pandangan ke lantai tertinggi menjadi ritual wajib bagi Gani, untuk menjaga bara dalam dadanya tetap menyala selama perjalanan menuju puncak.

Tapi, sekarang, gedung itu tampak seperti gedung tua berhantu. Makhluk-makhluk astral di dalamnya menampakkan sorot mata kemarahan seperti tidak sudi dimasuki orang semacam dia.

Semua diawali dengan satu kejadian aneh. Sekitar dua minggu setelah kematian Irsyad, semua data penting yang terdapat pada fail di komputer kantornya berubah menjadi ciphertext, berupa kombinasi acak angka, huruf, dan karakter yang tidak bermakna. Ini berarti data penting tersebut telah terenkripsi sehingga tidak terbaca. Gani mencoba memindainya dengan sebuah anti virus terbaru. Data itu tetap tidak berubah. Sialnya, banyak fail yang baru selesai dibuatnya belum sempat di-backup atau dibuat salinannya.

Gani mencoba menginstal ulang disk C yang merupakan partisi utama berisi fail-fail untuk menjalankan program-program komputer. Hasilnya lebih aneh lagi. Semua fail yang terdapat pada disk D menghilang. Hampir seharian ia berkutat dengan komputernya, padahal pihak CFO (Chief Financial Officer) tengah menunggu laporannya. Gani akhirnya memformat komputernya, meminta ulang laporan dari manajer akuntansi, menganalisis data keuangan, dan merencanakan anggaran dari awal lagi. Pihak CFO menegurnya dengan keras. Akibat keterlambatan laporan dari Gani, perusahaan kehilangan satu peluang untuk memperoleh dana dari seorang investor potensial.

Keanehan pertama berlanjut dengan keganjilan-keganjilan lain yang tidak kalah misterius. Minggu berikutnya, ia menerima laporan dari manajer akuntansi dalam bentuk soft copy yang dikirim melalui jaringan lokal nirkabel. Gani terkaget-kaget saat membaca laporan keuangan itu. Isinya daftar makanan dengan harga ratusan juta hingga miliaran rupiah. Cuanki, misalnya, berharga empat ratus lima puluh juta rupiah per mangkok. Dalam kondisi normal, laporan itu bisa membuatnya tertawa. Tapi saat itu, suasana hatinya sedang tidak baik. Ia langsung menelpon Mia Novia, manajer akuntansi yang mengirimkan laporan itu.

"Apa maksudmu dengan laporan itu?"

Gani menyangka Mia akan tertawa-tawa karena berhasil membuat semacam prank.

"Laporan mana?"

"Laporan yang barusan kamu kirim."

"Memangnya kenapa?"

Sekarang giliran Gani yang keheranan. "Kamu tidak main-main? Bercanda?"

"Nggak. Aku nggak ngerti, maksudmu apa? To the point aja."

"Aku kirim balik laporanmu ya."

"Oke."

Mia menerima kiriman fail dari Gani. Ketika membacanya, Mia tidak menemukan sesuatu yang aneh. Semuanya persis sama dengan laporan yang tadi dikirimnya.

"Ini memang laporanku," ujar Mia "Memangnya kenapa?"

"Itu apa maksudnya, Cuanki—empat ratus lima puluh juta rupiah per mangkok?"

"Apa?"

Akhirnya Gani pergi ke ruang kerja Mia, dan sebaliknya Mia pun pergi ke ruang kerja Gani. Kini keduanya terbengong-bengong.

"Hantu Irsyad ...." Mia berbisik sambil mengusap kuduknya.

Di ruang kerjanya, Mia terkekeh-kekeh sendiri. Ia yakin ada ahli komputer di perusahaan ini yang tidak menyukai Gani. Entah siapa. Ia sendiri diam-diam mensyukurinya karena sudah lama membenci Gani. Ia pernah jatuh cinta pada Gani dan mendapat harapan ketika Gani sering mengeluhkan hubungannya yang kurang harmonis dengan istrinya. Ia terkesan dengan sikap Gani terhadapnya yang penuh perhatian. Ia mau menemani Gani makan malam atau menghabiskan akhir pekan di tempat-tempat wisata. Tapi, ketika Gani mengajaknya tidur di hotel, Mia menolaknya. Tidak lama setelah itu, Gani selingkuh dengan anak direktur yang masih bersekolah di Fakultas Kedokteran. Hati Mia terluka.

Jengkel dengan dua keanehan yang tidak masuk akal itu, Gani akhirnya meminta laptop baru ke bagian sarana. Mia disuruh mengirim sebuah laporan keuangan baru, tapi masih menggunakan jaringan lokal. Kali ini, laporan keuangan yang diterima Gani tampak normal. Kekacauan baru disadari beberapa hari kemudian. Berdasarkan laporan keuangan dari Mia, Gani dengan optimis menyusun anggaran sebuah proyek baru. Gani menganalisis ulang anggaran modal awal untuk membiayai proyek baru itu secermat mungkin. Ia yakin proyek baru itu akan memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan. Belakangan baru disadari, analisis dan keputusan Gani didasarkan atas data yang penuh kesalahan. Bagian audit internal menemukan perusahaan mengalami kerugian akibat keputusan Gani. Gani lantas mengklarifikasi masalah itu dengan Mia. Hasilnya: fail laporan yang diterima Gani data pos-posnya sama dengan salinan fail yang dimiliki Mia. Yang berbeda adalah jumlah uangnya. Gani benar-benar stres. Sementara atasannya tidak mau tahu. Alasan yang diajukan Gani ditolak mentah-mentah oleh atasannya.

Pada suatu hari, didorong rasa penasaran, Gani memasuki semua lantai, kecuali lantai yang ditempati para direktur. Ia mengunjungi rekan-rekan sekantornya di ruang kerja mereka, termasuk para karyawan yang bekerja di cubicle (bilik) yang berisi komputer. Gani menanyakan apakah mereka menemukan keganjilan pada komputer mereka. Mereka semua menggelengkan kepalanya. Terakhir dia mengunjungi teknisi komputer di ruang server. Gani menanyakan kemungkinan jaringan lokal komputer kantor terserang virus atau malware lainnya. Para teknisi malah membanggakan sistem firewall mereka. Sistem keamanan yang telah mereka pasang itu telah terbukti andal untuk memblokir beragam ancaman dan serangan eksternal yang bisa mengacaukan jaringan dan perangkat komputer kantor.

"Tidak ada yang aneh. Semuanya baik-baik saja," ujar salah seorang teknisi.

Gani akhirnya mengambil kesimpulan, dari seluruh komputer yang terdapat di kantor, hanya komputer dia yang bermasalah. Seorang teknisi diminta Gani untuk memeriksa komputernya dan teknisi itu tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan atau membahayakan.

"Semuanya berjalan normal, kok. Nggak ada yang aneh-aneh."

Lihat selengkapnya