Suhu sumber panas dalam bumi meningkat tajam, menyebabkan Lempeng Indo-Australia bergerak perlahan ke arah utara, lalu menukik masuk ke bawah Lempeng Eurasia. Pergerakan lempeng ini menimbulkan subduksi, yakni tumbukan antara kedua lempeng besar itu. Subduksi ini terjadi di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Tekanan akibat tumbukan kedua lempeng itu terjadi terus-menerus sehingga menyebabkan deformasi atau perubahan bentuk dan ukuran bebatuan di zona subduksi. Kini tekanan itu telah mencapai titik kritis dan bebatuan tersebut mendadak mengalami patahan dan pergeseran hebat, mengakibatkan terlepasnya energi besar dalam bentuk gelombang seismik. Sedetik kemudian, bumi Indonesia bagian barat hingga timur mengalami guncangan dahsyat dengan kekuatan magnitudo 9,4. Gelombang tsunami setinggi 33 meter kemudian bergerak dengan kecepatan hingga 910 km/jam menerjang pantai barat Sumatera dan pantai selatan Jawa di sekitar Semenanjung Ujung Kulon.
Gani merasakan rumahnya berguncang dan telinganya menangkap suara gemuruh yang keras. Sementara itu, dak beton di atas plafon kamarnya mulai retak dan terbelah.
"Ya, Allah, megathrust!" teriaknya. Untuk pertama kalinya selama tiga puluh tahun terakhir ia menyebut nama Tuhannya.
Gani hendak berlari keluar rumah, tapi seluruh tubuhnya terasa lumpuh. Tiba-tiba, seberkas cahaya petir yang disusul suara halilintar menggelegar seketika membuatnya terjaga. Ia terbangun dengan peluh membasahi sekujur tubuhnya.
"Anjir! Mimpi gila!" umpatnya.
Gani dengan cepat melepaskan kemejanya yang basah kuyup. Ia lalu duduk mematung di pinggir ranjang sambil memandangi hujan di balik kaca jendela kamarnya. Setelah kesadarannya sepenuhnya pulih, ia melirik jam tangannya. Pukul 15.40. Lantas ia teringat janjinya untuk kembali menemui Tarina. Tapi, hujan yang lebat disertai angin kencang membuatnya malas untuk berangkat. Pada saat curah hujan tinggi seperti ini, kawasan Duri Kosambi biasanya dilanda banjir akibat limpasan Kali Semanan. Sebagian jalan di daerah itu bisa tergenang air sampai ketinggian 50 sentimeter. Gani memutuskan untuk menunggu hujan reda.
Pukul 16.10, hujan baru berhenti. Libido yang mendadak naik dan kerinduan pada Tarina akhirnya mengalahkan rasa malas Gani. Ia bangkit dan bergegas ke luar kamarnya. Di sofa, Windy tampak tertidur pulas dengan earphone masih tertancap di kedua telinganya. Gani menggeleng-gelengkan kepalanya. Suara hujan, angin, dan halilintar tampaknya tidak mampu mengganggu tidur anak itu.
"Win! Windy, bangun!" Gani mengguncang-guncang bahu adik iparnya. Setelah enam kali namanya disebut, Windy baru terjaga. Ketika gelombang otaknya dalam kondisi theta, sebuah adegan dari film drama Korea melintas di benaknya. Windy memejamkan matanya kuat-kuat dan menanti sebuah ciuman.