JEBAKAN MAYA

YUYUN BUDIAMAN
Chapter #14

PENANGKAPAN TERSANGKA


Setelah dievakuasi, jenazah Tarina langsung diautopsi di RS Polri Kramatjati. Dokter spesialis forensik yang juga seorang polwan, AKBP dr. Tiffany Mulyani, Sp.F., bisa menyelesaikan autopsi itu dalam tempo kurang dari dua jam. Autopsi selesai pukul 20.30. Proses autopsi jenazah Tarina relatif mudah karena cuma ada satu jenis luka di leher yang cocok dengan alat pembunuh yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara. Visum et repertum hasil autopsi langsung diterima penyidik dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Salinannya yang berupa file berformat CSV (Comma Separated Value) dikirim ke Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri. File dalam format tersebut efektif dan efisien untuk digunakan dalam untuk pertukaran data antar aplikasi dengan cepat dan didukung hampir semua sistem operasi. Salinan Visum et repertum ini akan digabung dengan data hasil olah TKP yang dibuat tim Inafis dan data hasil penyelidikan sementara yang dilakukan oleh penyidik kepolisian. Semua data ini diekspor ke program aplikasi Simulation of Proving Legal Violations (SPLV) di Puslabfor.

Sementara itu, dalam keadaan bingung, Gani mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, menelusuri jalan-jalan di kota tanpa tujuan. Mobilnya bergerak dari Jakarta Pusat menuju Jakarta Selatan. Karena kurang konsentrasi, beberapa kali ia hampir menabrak kendaraan lain.

Sepanjang perjalanan malam itu, ia diliputi kegelisahan yang menyiksa. Ia membayangkan hal-hal yang mungkin terjadi pada dirinya. Ia pernah membaca sebuah artikel tentang pengungkapan kasus pemerkosaan melalui tes forensik DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Identitas seseorang bisa teridentifikasi melalui DNA yang diambil dari seluruh bagian tubuh dan barang-barang yang disentuh orang itu. Dan di kamar hotel itu pastilah terdapat bekas-bekas tubuhnya: keringat, air liur, dan sperma. Bahkan profil seseorang dapat diketahui melalui DNA yang berasal dari campuran cairan vagina dan sperma. Identitas seseorang bisa pula diidentifikasi melalui sidik jari. Penyidik kepolisian bisa mengidentifikasi pelaku kejahatan dengan cara membandingkan bekas sidik jari pelaku kejahatan yang tertinggal pada barang-barang yang disentuhnya dengan sidik jari yang terdapat pada database kepolisian. Dapat dipastikan, puluhan bekas sidik jari Gani terdapat pada benda-benda di kamar itu. Tas berisi pakaiannya yang tertinggal pada lemari di kamar hotel itu pun bisa menjadi bukti keberadaanya bersama Tarina. Jika sang pembunuh tidak ditemukan, maka ia akan menjadi satu-satunya tersangka. Sungguh mengerikan membayangkan dirinya dituduh melakukan pembunuhan yang tidak pernah dilakukannya, sementara semua barang dan alat bukti mengarah pada dirinya. Ia bisa membantah atau menolak tuduhan itu, bahkan sisa uang yang dimilikinya masih memungkinkan baginya untuk menyewa seorang pengacara. Suatu tindakan pembunuhan haruslah ada motif atau alasan yang melatarbelakanginya, pikir Gani. Dan ia tidak punya motif apa pun untuk membunuh Tarina. Bahkan, sebaliknya, ia telah jatuh cinta pada wanita itu dan ingin memilikinya. Ini bisa menjadi celah pembelaan. Tapi, Gani tidak tahu, bahwa motif pembunuhan tidak termasuk unsur delik dalam suatu kasus pembunuhan. Dan ia tidak menyadari kalau motifnya untuk membunuh Tarina telah terdapat dalam serangkaian percakapan antara dirinya dengan Tarina melalui WhatsApp. Percakapan itu telah direkayasa oleh wanita bertopeng Guy Fawkes dari jarak jauh. Sebuah aplikasi telah ditanam pada ponsel Gani melalui jari-jari tangan Tarina. Teknologi Artificial Intelligence yang terdapat pada sistem aplikasi itu memungkinkan penyadapan dan penyimpanan pada memori terbatas semua percakapan Gani yang terdapat pada WhatsApp-nya. Semua percakapan itu tersimpan dalam satu paket penyimpanan dengan ukuran tidak lebih dari 500 megabita (megabytes). Teknologi Natural Language Processing yang merupakan bagian dari sistem AI yang terdapat pada aplikasi yang terinstal di ponsel Gani memungkinkan aplikasi tersebut menciptakan rangkaian teks yang persis serupa dengan gaya bahasa yang biasa digunakan Gani. Hal ini dimungkinkan karena teknologi tersebut memanfaatkan memori berisi semua percakapan Gani sebagai data base pengetahuannya.

Gani belum mengetahui rangkaian percakapan palsu ini. Beban pikiran dan beragam masalah yang tengah dihadapinya membuatnya enggan membuka dan membaca WhatsApp-nya. Ponselnya pun sudah ia matikan sejak dua jam yang lalu. Ia tidak mau orang lain mengetahui lokasi keberadaan dirinya kini---entah sampai kapan.

Pukul 22.04, AKBP Salim Rama Aditya, salah seorang penyidik dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, menerima soft copy hasil analisis dari program aplikasi SPLV dalam format PDF (Portable Document Format) Merasa tidak nyaman membacanya melalui komputer, ia meminta salah seorang stafnya untuk mencetak fail itu. Ia kemudian membaca hasil print out-nya dengan cepat.

Bagian awal hasil analisis SPLV berisi data lengkap Gani Gunawan dan Tarina Nisa. Data tersebut meliputi: identitas diri, domisili, data KK, SIM dan STNK, data sidik jari dan tanda tangan, data kepemilikan kendaraan, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan dan jabatan, dan data-data terkait lainnya.

Lihat selengkapnya