JEBAKAN MAYA

YUYUN BUDIAMAN
Chapter #16

KULIAH CALON INTELIJEN


Profesor Alea Salina selalu tampil necis saat bekerja. Pakaian kantor favoritnya adalah outfit yang bergaya konservatif, formal, dan cenderung minim aksesori. Sedikit bertentangan dengan kepribadiannya yang ekstrover, ia seorang yang efisien, teliti, dan perfeksionis. Dua tipe kepribadian yang ada dalam dirinya ini menjadikan Alea seorang wanita yang mudah bosan dan selalu menuntut kesempurnaan. Ia cantik, cerdas, dan ramah, tapi sulit memperoleh pasangan. Suatu kali seorang koleganya berseloroh, "Alea mencari pria yang levelnya di atas dia. Sayangnya, setiap kali ia menemukan pria yang cocok, pria itu mendambakan wanita yang levelnya lebih tinggi dari Alea." Alea merupakan profesor termuda sekaligus dosen tercantik di Sekolah Tinggi Intelijen Negara, tapi juga pejabat BIN yang terlama melajang.

Profesor Alea Salina selalu tampil

energik dan menggemaskan. Aura yang terpancar dari dalam dirinya serupa cahaya yang mampu mengalahkan sinar matahari pagi. Tapi pagi ini, cuaca mendung dan aura kecantikan Alea mendadak redup. Senyumnya menghilang ditelan gumpalan awan kelabu. Kelas jadi terasa suram. Para taruna Program Strata 1 Jurusan Cyber Intelijen yang ada di kelas itu mendadak merasakan ketegangan yang misterius.

Tidak biasanya, kali ini Alea memberikan materi kuliah berupa studi kasus yang didasarkan atas suatu peristiwa pembunuhan yang terjadi beberapa hari yang lalu. Beberapa taruna diliputi keheranan. Berita pembunuhan banyak bertebaran di media massa. Tapi, mengapa Profesor mereka begitu serius ingin membicarakan peristiwa pembunuhan yang menurut mereka tidak ada istimewanya dibandingkan peristiwa-peristiwa kriminal lainnya yang serupa. There must be something....

Tidak seorang pun mengetahui, materi kuliah itu lebih merupakan ungkapan kegelisahan dirinya. Dan seorang dengan kepribadian ekstrover seperti dia sering tidak mampu menyembunyikan masalah yang mengganggu pikirannya. Ia ingin berbagi kebingungan dengan para muridnya.

"Pagi ini, saya ingin mendiskusikan kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah hotel di Jakarta Pusat baru-baru ini. Kalian mungkin sudah mengetahuinya melalui media massa. Malam tadi, saya menerima salinan hasil analisis SPLV-nya dari salah seorang teman saya di Polda. Kalian mungkin bertanya-tanya, apa hubungannya kasus ini dengan bidang kalian dan kuliah-kuliah saya sebelumnya. Hope you can figure it out...." Demikian Alea menyampaikan kata pengantar kuliahnya.

Ia lalu memerintahkan asistennya untuk membagikan handout yang terdiri dari delapan halaman.

"Handout ini berisi data dan hasil analisis kasus tersebut melalui program aplikasi Simulation of Proving Legal Violations. Saya minta kalian membacanya dalam tempo tidak lebih dari lima belas menit. Mulai!"

Suasana mendadak senyap. Tidak ada waktu untuk pikiran mengambang. Konsentrasi tinggi dibutuhkan untuk memahami isi tiap halaman handout dalam waktu kurang dari dua menit.

Pas menit ke lima belas, tangan Alea menggetok keras permukaan meja. "Selesai membaca!" serunya. Semua taruna menegakkan dadanya dan menengadahkan mukanya secara serentak. Alea kemudian memerintahkan asistennya untuk menayangkan beberapa video rekaman CCTV melalui layar monitor. Tugas yang sungguh berat. Sementara para taruna menyimak tayangan video, mereka tidak boleh melupakan materi yang telah dibacanya. Selesai penayangan video, Alea berkata, "Apa pendapat kalian tentang hasil analisis ini?"

Seorang taruna mengangkat tangannya.

"Oke, Krisna. Silakan."

"Mohon izin, Bu. Ada satu kejanggalan yang saya temukan."

"Ya, apa itu?"

"Dari rekaman CCTV di gerbong kereta api, berdasarkan gerak bibir, beberapa gestur, dan beberapa aktivitas, saya menyimpulkan kedua orang itu baru pertama kali bertemu. Salah seorang dari mereka, yakni tokoh wanita tampak panik karena kehilangan ponselnya. Selanjutnya, meskipun gerakan tangan tokoh pria terhalang punggung kursi, tapi gerak bibirnya menunjukkan dia menawari pinjaman ponselnya. Wanita itu menerima ponsel pria itu dan membawanya menuju.... Saya kira, toilet. Dihubungkan dengan isi dokumen hasil analisis, rekaman percakapan WhatsApp antara keduanya tampak janggal. Maksud saya, aneh tampaknya, dua orang yang baru bertemu, sudah bertengkar seperti sepasang kekasih."

"Bagus!" Wajah Alea mendadak agak cerah. Ia merasa bangga dengan kemampuan berkonsentrasi dan berpikir cepat mahasiswanya itu. "Baiklah. Ada kejanggalan lain?"

Lihat selengkapnya