Jeda dan Spasi

Falcon Publishing
Chapter #2

TERLAMBAT

Teng... teng... teng... teng... teng...!

Bunyi lonceng lima kali menjadi pertanda jam masuk dan pulang sekolah. Sebuah tanda menuju neraka atau terbukanya gerbang surga, tergantung kapan kau mendengarnya.

Tom bergegas lari dari parkiran menuju pintu gerbang. Terlambat. Larinya kurang cepat. Biasanya, dia bisa berkompromi dengan guru piket. Namun, celaka dua belas baginya, guru jaga pagi ini adalah Pak Badrun. Guru Fisika super menyebalkan. Sang wali kelas tercinta.

Pak Badrun tersenyum kepada Tom, hanya sedetik, lalu menatap dengan galak. Sebagai balasan, Tom memaki di dalam hati. 

 “Sial, Pak Badrun,” Andrew berbisik saat dia ikut berbaris di samping Tom, sama terlambatnya.

"Emang sial,” bisik Tom.

“Baris...! Baris...! Baris sesuai NIS...!” perintah Pak Badrun dengan megafon.

Sontak anak-anak itu berbaris sesuai nomor induk sekolah. Mudah saja. Sisi paling kiri milik siswa kelas sepuluh ilmu alam, lalu ilmu sosial, dilanjut kelas sebelas, dan di ujung kanan kelas dua belas. Tom dan Andrew, yang notabene berada di tahun kedua berseragam putih abu-abu, tepat berdiri di depan guru paling menyebalkan itu.

“Tas kuning! Sebutkan NIS dengan lantang!” Lagi-lagi Pak Badrun memberikan titah dengan megafon.

"0030096309,” jawab cewek yang berdiri paling ujung. Menghafal NIS milik sendiri di sekolah ini adalah keniscayaan,bahkan sejak hari pertama masa orientasi sekolah. 

Selagi guru piket lain menginput nomor ke mesin absensi, Pak Badrun memberikan tatapan galak kepada siswa itu. Dan begitu rekam jejaknya keluar, si bapak bersiap mengumumkan.

“Kiri!”

Lihat selengkapnya