Jedai untuk Jara

Suarcani
Chapter #1

Bab 1

“Apa, pisah Kartu Keluarga? Kamu?”

Pertanyaan tajam itu membuatku menelan ludah. Nyali langsung ciut begitu mendengar nada tajam Kak Bara. Tidak pernah lelaki itu berbicara sambil mendelik. Apa terlalu awal bagiku untuk mengutarakan permintaan tadi?

“Bar, tenang. Jangan marah dulu,” sela Mbak Iswari. Perempuan itu berusaha menenangkan sang suami sambil sesekali melirikku. “Jara, kamu nggak serius, kan?”

Aku menganguk sekali, lanjut berkata dengan sedikit terbata. “Hmm… Mumpung Mbak dan Kakak mau bikin KK baru dan…”

Desahan geram Kakak memupus suaraku, membuatku meletakkan perlahan sendok dan garpu, kemudian menunduk. Aku tahu permintaan ini akan merusak makan malam bersama ini. Namun, inilah satu-satunya momen ketika aku dan Kakak berhadap-hadapan.

Kak Bara dan Mbak Iswari baru seminggu menikah. Mereka sedang mengurus surat-surat, termasuk membuat Kartu Keluarga baru. Saat Mama meninggal tahun lalu, Kakak otomatis menjadi kepala keluarga dan sebagai adik, aku masuk ke keluarganya. Namun, ia bukanlah kakak kandungku. Aku adalah anak angkat. Sejak lama aku sadar jika Kak Bara tidak benar-benar menerimaku sebagai adik. Ada sekat tipis yang awalnya tidak terlihat di antara kami. Mama menghapus garis itu dengan kasih sayangnya. Namun, kematian Mama membuat garis itu makin melebar dan menjadi sebuah jarak.

“Mama tidak akan menyetujuinya,” kata Kak Bara. Derit tajam terdengar ketika kursi terdorong kakinya saat berdiri. Kepergiannya membuat suasana di meja makan menjadi beku.

Aku masih terpaku pada piring, sama sekali tidak merasa bersalah karena sudah mengacaukan makan malam. Adalah hakku untuk menentukan jalan hidup sendiri, bukan? Karena itu, saat bantingan keras terdengar dari arah kamar Kakak, aku pun berdiri.

“Habiskan dulu makananmu, Ra,” cegah Mbak Iswari. “Kamu bahkan belum makan apa-apa dari tadi.”

Hanya anggukan kecil yang perempuan itu dapatkan sebagai respons. Sisanya, ia hanya menyaksikan punggungku yang menghilang ke kamar.

*

Mama memang pintar. Ia masih bisa menjaga keutuhan keluarga bahkan setelah pindah ke surga. Kewajiban makan malam bersama dua kali seminggu itu adalah salah satunya, sisanya termasuk tetap tinggal serumah sebelum keduanya sama-sama menikah, semua tercetak resmi di surat wasiat. Barang siapa yang menolak, harus rela jika hak warisnya dicabut.

Lihat selengkapnya