JEGAL

Rizky Anna
Chapter #1

Prolog

Wanita itu tertidur di atas ambin tua, tak berpakaian.

Tak sehelai pun kain menutupi kulitnya yang tipis, bersisik, dan kecokelatan. Tampak nyata keriput dan gelambir di sekujur badan. Kedua matanya terpejam dan seolah tak ingin kembali terbuka. Rongga matanya menganga sempurna, menenggelamkan sepasang bola yang telah lelah menumpahkan air mata. Barangkali memang sebaiknya kelopak itu tetap rapat. Seandainya ia terbuka, misalnya karena tak sengaja, mungkin bola di dalamnya akan menggelinding keluar dan terayun-ayun di sisi pipi berkat sisa-sisa syaraf yang nyaris layu dan menolak putus.

Napas dan denyut nadinya nyaris tak berwujud. Persis seonggok tulang belulang yang hidup segan, mati pun enggan.

Apakah malaikat maut salah alamat karena harus mencabut nyawa di pelosok terpencil? batin seorang wanita lain, jauh lebih muda, yang sudah sehari suntuk duduk termangu di kursi tunggu.

Berdosakah ia jika berdoa agar wanita tua itu lekas mati saja? Bukan karena tak sudi merawatnya atau emoh terbebani biaya rumah sakit—meski sebetulnya ia memang keberatan—melainkan tak tega melihat sosok di atas brankar yang tak henti-hentinya dipermainkan oleh takdir. Bahkan konon sejak sebelum ia lahir.

Lihat selengkapnya